Rabu, 09 Desember 2015

First Step-KLASIFIKASI IKLIM



VII. KLASIFIKASI IKLIM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Di alam unsur-unsur iklim tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain perilaku salah satu unsur iklim di suatu wilayah atau tempat merupakan resultante dari bermacam-macam unsure iklimlainya. Meskipun pola perilaku iklim di bumi cukup rumit, tetapi ada kecenderungan bahwa karakteristik dan pola tertentu dari unsure-unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan sekalipun, menunjukkkan perilaku yang serupa apabila faktor utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa salah satu unsure iklim (pengendali) atau letak geografisnya.

Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dinggin, daerah panas, gurun, stepa atau hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga membutuhkan suatu system penamaan untuk kelompok-kelompok yang sama tersebut. Sistem penamaan terhadap pokok bahasan dalam setiap cabang ilmu yang mendasarkan pada sifat-sifat yang sama atau persamaannya kita kenal sebagai sistem klasifikasi. Seperti halnya pada cabang ilmu lain misalnya ilmu tanah, botani, dan entomologi dalam membahas formulasi-formulasi kesamaan tentang sifat unsur-unsur iklim di suatu wilayah sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim. dengan demikian pada hakekatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. oleh karena itu analisis statik unsur-unsur iklim dapat dilakukan umtuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana.

2. Tujuan Praktikum

        Tujuan praktikum agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mahasiswa dapat mengklasifikasikan iklim berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun.

65

 

3. Waktu dan Tempat Praktikum

        Praktikum agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan pada tanggal Desember 2012 (menyesuaikan shiff). Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut       (Lakitan 2002).

Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Anonim 2010).

Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan. Bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Laan 2007).

        Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Setiawan 2010).

            Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (Sinta 2005).

C. Alat dan prinsip kerja

1.  Klasifikasi iklim menurut Schmidh Ferguson:

Pengklasifikasian iklim menurut Schmidh-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering. Pencarian rat-rata bulan kering atau bulan basah dalam klasifikasi iklim Schmidh-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan. Bulan lembab dalam penggolongan ini tidak dihitung.


2. Klasifikasi iklim menurut Oldeman:

Klasifikasi yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kapada jumlah kebutuhan air oleh tanaman. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut. Menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.


E. Pembahasan

1.      Perhitungan Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

Bulan Kering Total   : 3

Bulan Basah Total    : 7,9

Q       =

=  x 100%

= 0,397  tipe iklim C (agak basah)

2.      Perhitungan Iklim Menurut Oldeman

Bulan Basah Berturut- turut : 12

Banyaknya Bulan Basah berturut-turut : 65 bulan

          Bulan Basah =

                               = 5,41

= 5 (termasuk dalam kawasan zona iklim D)

F. Kesimpulan dan Saran

a) Kesimpulan

   Klasifikasi Schmidt-Ferguson cocok untuk tanaman tahunan, sedang klasifikasi Oldeman cocok untuk tanaman musiman.

b) Saran

   Saran dalam praktikum agroklimatologi khususnya pada praktikum acara klasifikasi iklim diharapkan mahasiswa mampu untuk mengklasifikasikan iklim berdasarkan data curah hujan. Dengan mengetahui tipe iklim di suatu tempat di harapkan bisa bermanfaat dalam dunia pertanian, misalnya penentuan tanaman yang cocok di tanam di daerah tersebut yang tentunaya harus di sesuaikan dengan tipe iklm yang dimiliki.

                                                DAFTAR PUSTAKA       

Anonim. 2010. Klasifikasi Iklim Koppen. http://Wikipedia.or.id. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Laan. 2007. Klasifikasi Iklim. http://mbojo.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI. Raja Grafindo Persada,Null.

Setiawan. 2010. Klasifikasi Iklim. http://www.bisograpics.com. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Sinta. 2005. Dampak Variabilitas Iklim Terhadap Produksi Pangan Di Sumatra. Jurnal Sains Dirgantara Vol.2 (2), Hal: 20-29.

 

First Step-TERMOHYGROGRAPH



VI. TERMOHYGROGRAPH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Dalam atmosfer senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air di udara disebut lengas (kelembaban, kebasahan) udara. Uap air adalah gas yang tidak berbau, tidak terlihat dan tidak berwarna, uap air ialah air dalam bentuk dan keadaan gas. Semua uap air dalam atmosfer disebabkan kerana penguapan.

Penguapan ialah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Agar supaya air dimana-mana dapat menguap, maka diperlukan suatu jumlah panas yang tertentu. Jumlah yang lepas disebut panas pengembun. Jadi pada pengupan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Hal ini sangat penting dalam atmosfer dalam hal pemeliharaan sejumlah panas.

Seperti diketahui penguapan, tidak hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuhan.

Untuk tanaman kelembaban harus seimbang dengan suhu, karana apabila kelembaban tinggi maka proses-proses yang terjadi didalam tubuh tanaman akan terganggu.

2. Tujuan Praktikum

   Monitoring atau memantau suhu dan RH udara pada suatu tempat secara kontinyu pada periode tertentu (mingguan)

3. Waktu dan Tempat Praktikum

   Praktikum dilaksanakan pada 11 November 2012 di Fakultas Pertanian UNS. Tempat atau obyek pengamatan meliputi: Ruang kultur pada Lab Kultur Jaringan, Rumah Kaca dan Ruang Terbuka.

  B. Tinjauan Pustaka

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air diudara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defist tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandugan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersbeut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan deficit tekanan uap air adalah slisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual. Masing-masing pernyataan  kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas. Sebagai contoh, laju penguapan dari permukaan tanah lebih ditentukan oleh deficit tekanan uap air daripada kelembaban mutlak maupun nisbi. Sedangkan pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi telah mencapai 100% meskipun tekanan uap air aktualnya relatif rendah (Holton J.R 2006).

Alat meteorologi umumnya ada dua macam yaitu jenis biasa bukan pencatat dan jenis pencatat. Contoh jenis alat biasa adalah termometer, barometer, pluviometer, psikromrter, dan sebagainya. Alat pencatat misalnya termograf, barograf, pluviograf, hidrograf dan sebagainya. Untuk jenis alat pencatat biasanya dilengkapi dengan jam (waktu) dan pias (chart) yang diganti tiap hari untuk pias harian dan tiap minggu untuk pias mingguan. Biasanya pias ini dilengkapi dengan pias yang pembuatannya biasnya didasarkan pada bentuk dan cara membersihkan pena (Tjasyono 2008).

C. Alat dan Cara Kerja

1. Alat : Thermohigrograph

2. Cara Kerja

a. Siapkan alat Thermohigrograph, Pasang kertas pias pada drum

b. Setel alat pada posisi mingguan, pasang drum kembali dan letakkan pada tempat yang akan dimonitor

c. Lakudan inspeksi setiap hari demi kelancaran jalannya alat, seperti tinta recorer, dan timer yang sudah di setting

d. Setelah satu minggu, lakukan pelepasan kertas pias, dan lakukan pengamatan terhadap data yang telah diperoleh

e. Pasang kertas pias yang baru, letakkan alat pada tempat yang berbeda, lakukan prosedur serupa

f. Lakukan pembacaan data yang diperoleh dan carilah kapan terjadi suhu tertinggi, suhu terendah, RH tertinggi, RH terendah


E. Pembahasan

Dari hasil penelitian diatas dapat kita lihat bahwa suhu udara di atas tajuk tanaman lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu di bawah tajuk tanaman. Hal ini di karenakan suhu udara dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : radiasi matahari, angin, curah hujan dan vegetasi tanaman dan awan.

Suhu yang terbaca pada termometer bola basah lebih rendah dari suhu yang dibaca oleh termometer bola kering, hal ini disebabkan karena sebagian panas pada bagian ujung sensor termometer ini dipakai dalam proses penguapan (evaporasi) air pada kain lembab yang membalutnya. Semakin tinggi penguapan maka semakin banyak energi panas yang dipakai, berarti akan semakin rendah suhu termometer bola basah. Suhu termometer bola basah akan sama dengan suhu termometer bola kering jika penguapan air pada ujung sensor termometer tersebut tidak terjadi. Kondisi ini berlangsung jika udara di sekitar jenuh akan uap air.

Kondisi suhu termometer bola kering dan bola basah di bawah tajuk tanaman tidak mengalami perubahan yang besar dikarenakan suhu di bawah tajuk tanaman lebih konstan karena tidak dipengaruhi oleh sinar matahari, kelembabannya pun tinggi karena udara di bawah tajuk tanaman mengandung banyak uap air hasil penguapan dari tanaman itu sendiri dan dari tanah. Uap uap air tersebut tetap berada di sekitar tanaman tidak dapat menguap ke udara karena terhalang oleh tajuk tanama.

Suhu termometer bola kering meningkat ketika pengukuran di atas tajuk tanaman, dikarenakan pengaruh dari radiasi matahari yang mulai memanaskan udara sehingga kelembaban udara tersebut pun menurun akibat uap-uap air yang terkandung di udara menguap ke atas.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

   Dalam Praktikum Pengukuran Kelembaban Nisbi dapat diambil   kesimpulan yaitu :

a.      Kelembaban nisbi (relatif) = perbandingan kandungan (tekanan) uap air aktual dengan keadaan jenuhnya (g/kg).

b.      thermohigrograf adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembapan pada suatu tempat.

c.      Termometer bola basah merupakan termometer yang berisikan air raksa yang diberi warna yang didalam tabung. Dengan skala pengukuran suhu yang tepat.

2. Saran

               Dalam praktikum selanjutnya hendaknya kita melakukan praktik menggunakan alat-alat secara langsung. Yang paling penting agar praktikan dapat menggunakan alat-alat praktikum secara benar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Alat-alat klimatologi Konvensional. http://www.gawkototabang     .wordpress.com. Diakses tanggal 14 Desember 2012

Anonim, 2010. Cuaca Iklim, www.wikipedia/cuacaiklim.menlh.co.id. Diakses pada           tanggal 14 Desember 2012

Ansar. 2006. Temperatur dan Kelembaban Udara Pada Permukaan Bumi.JurnalAgromet Indonesia, Vol. 17 (2), Hal: 63-68.

 Fahry.2010. Alat pengukur suhu. http://fahry31.blogspot.comS.Diakses pada tanggal        14 Desember 2012

Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan Tanaman        Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

Sutiknjo, Tutut D. 2005. Petunjuk Praktikum Klimatologi. Fak. Pertanian Universitas        Kediri: Kediri.

Sugito. 2003. Pengaruh Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Pertumbuhan                                    Tanaman.Jurnal Penelitian Agronomi, Vol. 3 (1), Hal: 57-63.

First Step-HUBUNGAN ANTARA ALTITUDE DENGAN TEKANAN UDARA, SUHU UDARA, DAN RH



V. HUBUNGAN ANTARA ALTITUDE DENGAN TEKANAN UDARA, SUHU UDARA, DAN RH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

     Perlu diketahui bahwa suhu udara antara daerah satu dengan daerah lain sangat berbeda. hal ini sangat dipengaruhi salah satunya adalah tinggi rendahnya tempat. Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo.


     Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas udara yaitu bila kita naik 100 meter, suhu udara akan turun 0,6 °C. Di Indonesia suhu rata-rata tahunan pada ketinggian 0 meter adalah 26 °C. Misal, suatu daerah dengan ketinggian 5.000 m di atas permukaan laut suhunya adalah 26 °C × -0,6 °C = -4 °C, jadi suhu udara di daerah tersebut adalah -4 °C. Perbedaan temperatur tinggi rendahnya suatu daerah dinamakan derajat geotermis. Suhu udara rata-rata tahunan pada setiap wilayah di Indonesia berbeda-beda, karena berdasarkan  oleh faktor dengan tinggi atau rendahnya tempat / wilayah tersebut dari permukaan laut.
     Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu yang berbeda, besarnya juga berbeda. Tekanan udara secara vertikal yaitu makin ke atas semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi gas penyusunnya makin ke atas makin berkurang, sifat udara yang dapat dimampatkan, kekuatan gravitasi makin ke atas makin lemah, dan adanya variasi suhu secara vertikal di atas troposfer (>32 km) sehingga semakin tinggi suatu permukaan tempat, maka suhu udara itu semakin naik.
     Tekanan udara secara horizontal yaitu variasi tekanan udara dipengaruhi suhu udara, bahwa daerah yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan daerah yang bersuhu udara rendah tekanannya tinggi. Pola penyebaran tekanan udara horizontal dipengaruhi lintang tempat, penyebaran daratan dan lautan, pergeseran posisi matahari tahunan.  Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar

2. Tujuan Praktikum

        Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tampat terhadap perubahan tekanan udara, suhu udara, dan RH udara.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan dibeberapa lokasi pada periode yang hampir bersamaan dan dilakukan saat udara cerah. Lokasi pengamatan meliputi Solo, Karanganyar, Karangpandan, dan Tawamangu.

B. Tinjauan Pustaka

     

      Hubungan antara ketinggian tempat dan tekanan udara ini dimanfaatkan dalam merancang alat pengukuran ketinggian tempat yang disebut Altimeter. Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mb untuk setiap bertambahnnya ketinggian tempat sebesar 100 meter. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, suhu udara didaerah tropis menunjukkan fluktasi musiman yang sangat kecil. Oleh sebab itu dapat dipahami jika Tekanan udara dikawasan tropis relatif konstan karena sedkitnya musim yang dimiliki suatu  wilayah (Takeda 2005).
      Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan perubahan. Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan lahan daripada di atas daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya (BMKG 2009).
      Meningkatnya suhu udara rata-rata, naiknya suhu permukaan air laut, perubahan pola hujan, pergeseran awal musim kemarau maupun musim hujan, merupakan dampak dari adanya pemanasan global/ perubahan iklim. Ada dua akibat dari meningkatnya temperatur: adanya perubahan tekanan, sirkulasi udara yang menyebabkan kecepatan angin menjadi lebih kencang dan adanya penguapan, uap air berkumpul di atas menyebabkan atmosfir basah, intensitas curah hujan menjadi meningkat (Firman 2009).

      Kelembapan udara dibagi menjadi dua yaitu kelembapan relative dan absolute (Ubaid 2011). Udara lembab akan berakibat menghambat transpirasi sehingga mengurangi laju transpirasi larutan zat hara dari tanah ke organ tanaman. Sedangkan pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan daun layu sementara, sampai aliran air dari akar dapat mengimbanginya (Koesmaryono 2006).

     

C. Alat dan Cara Kerja

1. Alat

a.Thermomether
b. Hygrometer
c. Barometer
d. Altimeter

2. Cara Kerja

a. Siapkan alat-alat yang digunakan meliputi: termometer, hygrometer, barometer dan altimeter.

b. Lakukan perjalanan siang (11-12) dari Solo sampai Tawangmangu, dan amati komponen cuaca pada beberapa ketinggian seperti: Solo (UNS), Karanganyar, Karangpandan dan Tawangmangu.

c. Lakukan perjalanan sore (14-15) dari tawangmangu ke Solo, da dilakukan pengamatan yang sama.

d. Lakukan analisis dan intepretasi data yang telah diperoleh, dan buatlah komentar dan kesimpulan dari data yang didapat.

D. Hasil Pengamatan

Tabel V pengukuran field trip di beberapa wilayah

Sumber : Tabel rekapan

E. Pembahasan

        Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu yang sama (34oC) RH mengalami perbedaan di Karanganyar (39%), Karangpandan (30%). Perbedaan ini diakibatkan oleh adanya faktor perbedaan waktu, altitude, tekanan, latitude juga intensitas cahaya. Dimana Karanganyar diamati pada jam 09.05 pada ketinggian 184 mdpl, memiliki altitude lebih rendah dari yang lain. Jadi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya RH suatu lokasi diantaranya yaitu waktu. Dimana waktu berhubungan erat dengan besar kecilnya penyinaran, penyinaran optimum sekitar jam 12.00 WIB. Pada pengamatan tersebut pengukuran tiap unsur iklim dilakukan pada jam yang berbeda-beda. Semakin tinggi altitude maka suhu dan tekanan turun sehingga mengakibatkan RH meningkat, karena kelembaban sendiri berbanding terbalik dengan suhu udara. Terbukti pada pengamatan di Tawangmangu pada jam 13.55  dengan altitude tertinggi (1263 m dpl), memiliki suhu udara terendah (28 oC).

Dengan melihat hasil pengamatan dari beberapa lokasi yang berbeda dapat dilakukan perbandingan. Suhu dan tekanan di Tawangmangu lebih rendah  di bandingkan di lokasi yang lain. Karena ketinggian tempat di Tawangmangu tertinggi (1075 mdpl) dibandingkan daerah yang lain.  Sedangkan altitude di Karanganyar lebih rendah (184 mdpl) maka suhu dan tekanan di daerah ini termasuk tinggi jika dibandingkan di Tawangmangu. Apalagi di Tawangmangu begitu banyak pepohonan yang bisa bertindak sebagai naungan, sehinnga lingkungan ini menjadi tidak terlalu panas.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan praktikum hubungan antara altitude dengan tekanan udara, suhu udara dan RH maka dapat disimpulkan bahwa :

a.    Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan udaranya, dan sebaliknya.

b.    Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara semakin rendah dan sebaliknaya.

c.    Semakin tinggi suatu tempat, maka kelembabannya semakin tinggi dan sebaliknya.

d.    Kelembaban udara berbanding terbalik dengan perubahan suhu dan tekanan udara.

e.    Perubahan suhu udara berbanding lurus dengan perubahan tekanan udara.

2. Saran

               Saran dalam praktikum agroklimatologi khususnya pada praktikum acara hubungan antara altitude dengan tekanan udara, suhu udara dan RH. diharapkan para praktikan mampu untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap perubahan tekanan udara, suhu udara, dan RH udara. Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh hasil bahwa semakin tinggi suatu tempat suhunya semakin rendah begitu juga dengan tekanan udara sedangkan kelembaban semakin tinggi.




DAFTAR PUSTAKA

Andrea. 2010. Pengantar Agroklimatologi . PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Firman, Umara. 2009. Fluktuasi Udara dan Trend Variasi Curah Hujan Rata-Rata Diatas 100 mm di Beberapa Wilayah Indonesia Vol.5 No.3. Jurnal meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Irham. 2010. Pengaruh Suhu Sebagai Faktor Luar Pada Produktifitas Tanaman. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 20 November 2012.

Siwitri. 2004. Performans Pertumbuhan Berdasarkan Ketinggian Tempat di Daerah Transmigrasi Bengkulu. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol.6 (2), Hal: 26-37.

Syihamuddin. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suhu Udara. http://www.syiham.co.cc. Diakses pada tanggal 20 November 212.

Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor.

Ubaid. 2011. Makalah Tekanan Udara. http://www.ubaid.web.id. Diakses pada tanggal 22 November 2012.