ACARA
III
UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH
A. Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
Perkecambahan biji merupakan pengaktifan kembali
aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian
membentuk biji (seedling). Biji dapat
berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun
persyaratan lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari
bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk : pedoman penanaman biji,
pedoman penetapan treatmen tertentu dan pengontrolan pertumbuhan.
Pengujian daya tumbuh atau daya kecepatan
berkecambahan adalah hal yang penting dan perlu dilakukan untuk mengetahui mutu
dan kualitas benih secara genetik yang akan menentukan hasil produksi
pertanian. Pengujian perkecambahan benih yang sering dilakukan adalah dengan
menggunakan substratum kertas dan pasir. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk pengujian perkecambahan biji, yaitu pada kertas, pada pasir, dalam pasir,
antar kertas dan pada kertas digulung dalam plastik. Yang sering digunakan
dalam pengujian adalah dengan menggunakan substratum kertas adan pasir. Secara
visual dan morfologis biji berkecambah ditandai dengan keluarnya akar (radicle) atau daun (plume) yang menonjol keluar biji.
27
|
2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum
uji daya dan kecepatan perkecambahan benih antara lain :
a.
Untuk mengetahui daya kecambah
benih.
b.
Untuk mengetahui kecepatan
kecambah benih.
B. Tinjauan
Pustaka
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih yaitu (1) Genetik (2) Tingkat kemasakan -->
Waktu panen (3) Kondisi lingkungan
selama perkembangan benih (4) Ukuran dan Densitas benih
(5) Kerusakan mekanik --> mempengaruhi daya kecambah dan daya simpan
benih (6) Umur dan tingkat kemunduran (7) Serangan mikroorganisme selama penyimpanan (8) suhu rendah selama imbibisi (Semsilomba 2008).
benih (6) Umur dan tingkat kemunduran (7) Serangan mikroorganisme selama penyimpanan (8) suhu rendah selama imbibisi (Semsilomba 2008).
Ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan
benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah.
Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan
terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp,
Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis
yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia
macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang
memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina
arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica. (Anonim 2008)
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang bergantung pada
sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam
mengambil hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir
dalam proses penanganan benih. Banyak benih relatif tahan terhadap pengaruh
lingkungan, sementara benih yang berkecambah dan anakan sangat mudah rusak.
Segera setelah perkecambahan dimulai, stres karena kurangnya air, suhu dan
cahaya dapat menyebabkan kematian (Utomo 2006).
Pertumbuhan daya kecambah dan laju perkecambahan benih beda sangat
dipengaruhi oleh masa penyimpanan benih itu sendiri. Ada kecendurangan semakin
lama disimpan perkecambahan benih semakin menurun, jadi hal ini terjadi karena
pengaruh perubahan kondisi fisiologis benih selama periode penyimpanan. Daya
kecambah menggambarkan kemampuan tumbuh benih atau persentase tumbuh benih (
Chanan 2003 ).
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan,
perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan
hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan
kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh
benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan. Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan
kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah radikel
menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan
tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil
meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup
tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan
tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke
udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa
contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, dan lamtoro (Ryoo 2005).
Benih yang digunakan dalam budidaya tanaman dituntut yang bermutu tinggi,
yaitu sehat dan bersih, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
berproduksi optimum dengan sarana teknologi yang maju. Petani sering
mengalami kerugian baik biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang kurang
baik. Karena kita beritikad hendak melindungi petani dari kegagalan benih
maka pengujian benih perlu dilakukan. Salah satu faktor yang mengukur kualitas
benih adalah persentase perkecambahan (Halmer 2007).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk
berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam
kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah yang struktur pentingnya
hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh).
Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan pertumbuhan lemah
atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula
atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau
tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. Kecambah lambat adalah
kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih
abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus 2008).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase
daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih
yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Lubis 2005).
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Lubis 2005).
C. Metode
Praktikum
1.
Waktu dan
Tempat Praktikum
Praktikum mengenai uji daya dan
kecepatan perkecambahan benih dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22 dan 29 November 2013 pukul 09.30
-10.30 WIB di Laboratorium Ekologi dan Managemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2.
Alat dan
Bahan
a.
Alat :
1)
Petridis
2)
Bak perkecambahan
3)
Kertas perkecambahan
4)
Media pasir
b. Bahan :
1) Benih tanaman pangan jagung (Zea mays)
2) Benih sayuran Sawi (Brassica rapa)
3.
Cara Kerja
a.
Menyiapkan media perkecambahan
berupa kertas dan pasir.
b.
Mengecambahkan biji pada media
perkecambahan pada kertas (PK) dan pada pasir (PP) sebanyak 10 benih.
c.
Menempatkan substratum
perkecambahan pada bak perkecambahan.
d.
Mengaja kelembaban.
e.
Mengamati :
1)
Kecambahan normal, abnormal dan
yang mati. Perhitungan dilakukan sejak hari perhitungan pertama hingga
terakhir.
2)
Kecambah normal setiap kali
pengamatan diambil 1.
f.
Menghitung daya dan kecepatan
berkecambah, perhitungan daya kecambah pada hari terakhir pengamatan sedangkan
kecepatan kecambah dihitung pada hari ke 3 atau ke 4.
g.
Mengambar kecambah normal dan
melengkapi dengan bagian-bagiannya.
4. Pengamatan yang dilakukan
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum Uji daya
dan Kecepatan Berkecambah Benih yaitu benih normal dan abnormal dan jumlah
benih yang tumbuh dan benih yang tidak tumbuh dan menghitung daya dan kecepatan
berkecambah benih.