Rabu, 21 Mei 2014

plasma nutfah



A.      Pendahuluan

1.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi. Sekitar 30 persen jenis hewan dan tumbuhan yang ada di muka bumi berada di Indonesia. Letak Indonesia yang sangat strategis menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman plasma nutfah yang beragam. Hingga saat ini, para ilmuwan masih terus mencari jenis tumbuhan baru yang ada di Indonesia. Seiring dengan ditemukannya jenis-jenis baru, ternyata ribuan jenis tanaman terancam punah dan mengalami kepunahan.
Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.
Tanaman obat di Indonesia merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah yang harus dijaga kelestariannya. Karena plasma nutfah merupakan sebuah sumber genetik yang dapat digunakan untuk tujuan penelitian dan pemuliaan. Namun pada umumnya industri jamu menggunakan bahan tanaman obat yang berasal dari alam, misalnya hutan. Tanpa adanya usaha pelestarian atau konservasi, tanaman obat di alam akan mulai jarang dan akhirnya punah.
Seiring dengan adanya keinginan untuk back to nature, masyarakan berlomba-lomba untuk kembali ke alam, yaitu menggunakan bahan-bahan alami, khususnya obat herbal. Hal ini mendorong munculnya tumbuhnya industri obat herbal yang semakin meningkat. Produsen herbal mengambil bahan baku dari alam. Jika para produsen menggunakan bahan baku dari alam secara terus menerus, tidak menutup kemungkinan jika suatu vaietas tertentu akan punah. Untuk itu perlu adanya suatu pelestarian untuk plasma nutfah tanaman obat-obatan tradisional,dengan cara pelestarian secara In-situ maupun Ex-situ.
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum plsma nutfah ini antara lain sebagai berikut :
1.    Mahasiswa mengetahui macam keanekaragaman plasma nutfah di alam bebas.
2.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis – jenis plasma nutfah
3.    Mahasiswa mengetahui dan mampu melestarikan tanaman obat secara in - situ
4.    Mahasiswa terampil dalam membudidayakan tanaman obat secara ex-situ





























B.       Tinjauan Pustaka

1.    Keanekaragaman Hayati
Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang dimiliki oleh satu spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam satu jenis tana-man budidaya. Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya kultivar, strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh setiap spesies tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia tersebar di berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan pengelolaan secara nasional         (Sastrapraja , 2009).
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia disebabkan karena a) Kerusakan habitat, b) Punahnya budaya dan penge-tahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan, c) Pemanenan tumbuhan obat yang berle-bihan. Adanya eksploitasi terhadap kayu yang sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan obat juga merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya  (Zuhud et al.,2001).
Beberapa spesies tumbuhan obat dinyatakan langka serta terancam kepunahan. Di Indonesia, kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan dan pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat, serta pengambilan tumbuhan obat dengan tidak mempertimbangkan aspek kelestarian dapat dipandang sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian dan penurunan populasi tumbuhan obat, sehingga secara tidak disadari kelangkaan spesies tumbuhan obat terus meningkat (Sastroamidjojo, 1997).
Penyebab kelangkaan tumbuhan obat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu kelangkaan secara alami dan kelangkaan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan kaidah ekologi/lingkungan. Penyebab utama kepunahan adalah perburuan dan perdagangan yang tidak  terkendali dari spesies langka serta kerusakan habitat yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Maka dari itu perlu adanya pelestarian tanaman obat (Siswanto, 2004).

2.    Pelestarian secara In- situ
Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindung. Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup. Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.( Lukman, 2005)
Dalam pemanfaatannya bahan baku tumbuhan obat masih tergantung pada tumbuhan yang ada di hutan alam atau berasal dari pertanaman rakyat yang diusahakan secara tradisional.  Pengadaan bahan baku obat atau jamu dengan cara pemungutan langsung dari hutan alam akan mengancam keberadaan populasinya. Kegiatan eksploitasi tanaman liar secara berlebihan melebihi kemampuan regenerasi dari tanaman dan tanpa disertai usaha budidaya, akan mengganggu kelestarian tanaman tersebut (Herlina, 2010).
Pelestarian In situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya.( Sasmita,2002)
3.    Pelestarian secara Ex-situ
Pelestarian ex-situ adalah pelestarian dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya (ke tempat yang baru). Kelebihan pelestarian ex-situ adalah ruang yang diperlukan relatif sempit, pemeliharaan murah dan sederhana, tidak ada erodi genetika, potensi perbanyakan tinggi, yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan diperbanyak. Kekurangan pelestarian ex-situ adalah tidak semua jenis dapat dilakukan dengan cara ini, regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu berhasil, potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan tertentu (Noerdjito dan Maryanto, 2005).
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen (Fauzan, 2009).
Konservasi plasma nutfah secara ex situ merupakan cara pelestarian yang aman dan efisien dan membuat sumber genetik selalu tersedia bagi para pemulia dan pengguna lainnya. Pada saat ini, kebun koleksi merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tana-man. Plasma nutfah tersebut perlu dipelihara sesuai dengan cara budidaya untuk masing-masing tanaman. Tanaman koleksi tersebut diamati pertumbuhannya, diukur semua organ tanaman, dan dicatat sifat-sifat morfologinya berupa data deskripsi varietas                    (Ford Llyod dan Jackson, 1986).
Kegiatan penelitian konservasi tumbuhan obat adalah kegiatan penelitian di hulu yang amat sangat terbatas dan kurang mendapat perhatian. Tiga lembaga yaitu Hostus Medicus Tawangmangu, Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) serta Kebun Raya dapat menjadi garda terdepan dalam kegiatan pe-nyediaan plasma nutfah secara ex situ untuk menunjang pelestarian secara in situ yang dilakukan oleh Depar-temen Kehutanan. Konservasi in situ pada sejumlah Taman Nasional, daerah yang dilindungi telah dilakukan seperti di Meru Betiri (Jawa Timur), Gn. Leuser di Aceh, Gn. Halimun dan Gn. Gede Pangrango di Jawa Barat, Kerinci-Seblat in Jambi, Gn Palung (Kalimantan), Gn. Rinjani (Nusa Tenggara), Rawa Aopa, Dumoga Bone (Sulawesi), Manusela (Maluku) dan Gn. Lorentz di Irian Jaya.                               (Bermawie dan Sutisna, 1999).


C.      Metodologi Praktikum
1.    Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Keanekaragaman hayati dan Pelestarian In-situ dilaksanakan pada hari Kamis , 21 Maret 2013 ( Pasar Jungke Karanganyar), Minggu,7 April 2013 (Doplang dan Teh kuning, Karangpandan, Karanganyar) dan Pelestarian Ex-situ dilaksanakan pada hari selasa, 19 Maret 2013 sampi dengan Rabu, 8 Mei 2013 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.    Alat dan Bahan
1.    Alat
1.    Alat tulis
2.    Camera
3.    Pot
4.    Sekop
2.    Bahan
1.    Media tanaman, berupa pasir,tanah dan pupuk kandang
2.    Bibit tanaman obat : Kencur ( Kaempferia galanga), Temulawak (Curcuma xanthorhiza), Jahe (Zingiber officinale), Kunyit ( Curcuma longa), Sirih ( Piper battle)
3.    Cara Kerja
1.    Keanekaragaman Sumber daya hayati
a.                       Melakukan survey dipasar  jenis- jenis simplisia
b.                      Melakukan inventarisasi jenis-jenis tanaman obat
c.                       Mencari dilapang tanaman dari simplisia yang didapat dipasar.
d.                      Menguraikan cara hidup tanaman tersebut
e.                       Menunjukan dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey
2.    Pelestarian In-situ
a.                       Melakukan survey dipasar jenis-jenis simplisia
b.                      Mencari dilapang tanaman dari simplisai yang didapat dipasar
c.                       Menguraikan cara hidup tanaman tersebut
d.   Menunjukan dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey dan melampirkanya dalam laporan sementara
3.    Pelestarian Kencur (Kaempferia galanga)
a.    Menyediakan media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b.    Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
4.    Pelestarian Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
a.    Menyediakan media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b.    Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
5.    Pelestarian Jahe (Zingiber officinale)
a.    Menyediakan media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b.    Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
6.    Pelestarian Kunyit (Curcuma longa)
a.    Menyediakan media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b.    Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm













D.      Hasil dan Pembahasan
1.        Keanekaragaman Hayati dan Pelestarian secara In-situ
a.                               Hasil Pengamatan
                        I.     Gambar 1.1 Kunyit (Curcuma longa)
 
                                                          
                                                           Kegunaan:
a.       Meningkatkan kekebalan tubuh
b.      Melencarkan peredaran darah
c.       Menghilangkan rasa nyeri dan lelah pada saat haid
d.      Mengobati diare dan sakit perut
Harga Pasar :
a.         Basah : Rp. 4.000,00/kg
b.         Kering : Rp. 40.000,00/kg
Habitat : Tanaman kunyit biasanya di tanam pada dataran rendah (45 m- 2000 m dpl)
Syarat Budidaya :
a.         Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang intensitas cahayanya penuh / sedang
b.        Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1.000-4.000 mm/tahun
c.         Suhu udara yang optimal bagi tanaman ini antara 19-3 0C
d.        Tumbuh subur pada tanah gembur
e.         Bibit yang digunakan dari tanaman yang subur, segar, sehat, dan terhindar dari hama penyakit seta yang sudah cukup umur (berumur > 7-12 bulan)
f.         Persiapan lahan dilakukan 30 hari sebelum tanam
g.        Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudiamkan didiamkan 1-2 minggu
h.        Lahan dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45cm dengan jarak tanam bedengan 30-50 cm
i.          Lubang untuk tanaman kunyit 5-10 cm dengan mata tunas diatas
j.          Tanaman kunyit ditanam dengan 2 pola: penanaman diawal musim hujan dengan pemanenan diawal musim kemarau (7-8 bulan),atau 2 kali musim kemarau (12-18 bulan)
k.        Pemeliharaan tanamannya antara lain penyulaman, penyilangan, pembubunan, pemupukan, pengairan dan penyiraman
                     II.     Gambar 1.2 Temu Ireng (Curcuma aeruginosa)


 
 
Kegunaan :
a.       Menambah nafsu makan
b.      Mengatasi penyakit kulit
c.       Untuk jamu setelah persalinan


Harga Pasar : Basah = Rp.2.000,00
Habitat : Temu ireng biasanya ditanam pada ketinggian ± 750 dpl
Syarat Budidaya :
a.    Lahan dibersihkan dari gulma dan dicangkul hingga kedalaman 20-30 cm
b.    Lahan dibiarkan satu minggu sebelum di tanam supaya tanah tercampur dengan pupuk dasar atau pupuk kandang
c.    Diberi pupuk kandang / kompos
d.   Bedengan berukuran lebar 2 m dan panjangnya sesuai kondisi lahan
e.    Tinggi bedengan 25-45 cm dan jarak antar bedeng 30-50 cm
f.     Pembibitan temu ireng yaitu dengan rimpang dengan ditutupi tanah 10-15 cm pada tempat teduh dan lembab
g.    Ukuran lubang tanam dengan jarak tanam 25cm x 25 cm dan kedalaman lubang ± 20 cm. Lubang dibiarkan seminggu
h.    Posisi tunas tegak kemudian ditutupi dengan tanah secara rata
i.      Pemeliharaan dilakukan penyulaman setelah 2 minggu ditanam
j.      Lakukan penyiangan dengan hati-hati secara manual
k.    Pengendalian hama( Apabila ada hama)
l.      Biasanya tumbuh awal musim penghujan
m.  Pemanenan dilakukan saat tanaman di atas permukaan tanah
n.    Umur tanaman 10 bulan
                  III.     Gambar 1.3 Pala ( Myristica fragrans)
                                                                                             
Kegunaan :
a.       Sebagai bumbu masakan
b.      Pereda sakit gigi
c.       Obat susah tidur




Harga Pasar : Basah = Rp.120.000,00
Habitat : Tanaman pala biasanya tumbuh pada ketinggian 500m dpl
Syarat Budidaya :
a.    Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi adanya masa kering yang nyata
b.    Suhu udara optimum 20-30 0 C
c.    Suhu udara Optimum 50-80 % dan curah hujan 2.000-3.500 mm/tahun
d.   Tempat tanaman pala harus terbuka mendapat cukup sinar
e.    Tanah yang baik untuk tanaman pala adalah tanah yang ringan( gembur)
f.       PH tanah 5,5-7,0
g.    Pala yang berumur 4-5 tahun memerlukan sinar matahari yang banyak untuk berproduksi
h.    Penyiapan lahan dilakukan pada musim kemarau /minimal satu bulan sebelum tanam
i.       Lahan yang sudah besih dicangkul  sedalam 30 cm hingga     gembur
j.       Jarak tanam pada tanah datar 9cmx10cm dan yang bergelomang 9cmx9cm
k.    Pemeliharaan tanaman pala antara lain : Penyulaman pada saat bibit berumur satu bulan , Pengairan membutuhakan cukup air karena apabila kurang air akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar , Penyiangan dan penggemburan tanah serta pemupukan
                  IV.     Gambar 1.4 Sirih ( Piper betle)
 
Kegunaan :
a.                            Membersihkan mata
b.                           Keputihan
c.                            Menyembuhkan gusi bengkak
d.                           Melancarkan Haid



Harga pasar : Basah Per ikat Rp 1.000,00
                   Habitat : Tanaman sirih biasanya tumbug pada keadaan lembab
                   Syarat Budidaya :
a.    Tanaman sirih biasanya tumbuh pada tempat yang teduh
b.    Tanah dicangkul dengan kedalaman 20 cm
c.    Dibuat  bedengan , kemudian dibaut lubang tanam dengan ukuran 80 cmx 40 cm x 60 cm
d.   Jarak tanam 2 mx2 m atau  2,5 mx 2,5 m satu bulan sebelum tanam
e.    Setiap lubang tanam diberi pupuk 0,5 kg dan diaduk rata
f.     Pembibitan sirih dilakukan dengan mengguanakn stek sulur  yang mengeluarkan akar yang banyak dan panjang.sulur di potong  30-50 cm
g.    Penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam sehari
h.    Pananaman dilakukan sebaiknya pda musim hujan
i.      Pemeliharaan dilakukan dengan memberikan pupuk kandang
j.      Pemanenan dapat dilakukan setelah tanamn berumur setahun / disesuaikan dengan kebutuhan
                     V.     Gambar 1.5 Mahkota dewa ( Phaleria marcocarpa)


 
 
Kegunaan :
a.       Menyembuhkan penyakit rematik
b.      Lelah-lelah
c.       Pereda keju linu
d.      Menyembuhkan asam urat



Harga pasar :
Basah : Rp. 20.000,00/kg
Kering : Rp. 10.000,00/kg
Habitat : Tanaman Mahkota dewa biasa tumbuh di ketinggian 10 - 1.200 m dpl
Syarat Budidaya :
a.    Dapat hidup pada berbagai kondisi ,dari dataran rendah sampai dataran tinggi
b.    Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetative dan generative
c.    Curah hujan untuk tanaman mahkota dewa 2479 mm/tahun
d.   Suhu udara sekitar 24-29 0 c dengan sinar matahari penuh
e.    Mahkota dewa tumbuh subur di tanah gembur
f.     Tanah sebelum di tanami  ada baiknya di gembur kan dahulu dan diberi pupuk kandang
g.    Lubang tanaman untuk cara Vegetatif dibiarkan selama seminggu
h.    Tidak ada siklus musim dalam penanaman mahkota dewa
i.      Pemelharaan dilakukan dengan memberikan pemupukan, Penyiraman dan penyiangan dari gulma dan pembasmian hama
j.      Pemanenan yaitu pada saat buah berwarna merah terang dan memeiliki bau manis layaknya gula pasir
b.                              Pembahasan
Tanaman obat merupakan salah satujenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat herbal yang mempunyai efek samping lebih rendah dibandingkan obat kimia, sehingga masih banyak dicari oleh konsumen dan di setiap pasar pastilah ada 1-2 pedagang yang menjual empon - empon. Berkaitan dengan ketersediaan tanaman obat di pasar dan setelah beberapa waktu yng lalu kelompok kami melakukan survai di suatu pasar di daerah Karanganyar yaitu pasar “ Jungke “ dengan komoditas yang dicari untuk kelomok kami yaitu kunyit, temu ireng, pala , sirih dan mahkota dewa. Semua komoditas tersebut tersedia dipasar. Tetapi setelah kami melakukan bincang – bincang dengan pedagang yan ada di pasarada salah satu jenis tanaman obat yang kami cari ternyata masih sulit diperoleh yaitu tanaman mahkota dewa. Tetapi pedagang masih bias memasok tanaman obat mahkota dewa meskipun alam jumlah yang relatif lebih sedikit dari pada kunyit,temu ireng, pala dan sirih. Untuk pasar di daerah-daerah biasanya pasoka tanaman obat lebih sedikit dibandingakan dengan pasar-pasar besar dan kebanyakan pasar-pasar besar seperti pasar legi dan pasar gede untuk daerah solo raya. Harga yang diperoleh pun dua kali lipat dan bahkan lebih,berbeda dengan membeli tanaman obat langsung ke petaninya harganya pasti jauh lebihh murah.Untuk hasil survai kelompok kami : Kunyit harga basah @Rp. 4.000,00 / kg dan kering @ Rp. 40.000,00 /kg , Pala harga basah @ Rp. 120.000,00/kg ,Sirih perikat @ Rp.1.000,00/kg, Mahkota dewa basah @ Rp.20.000,00/kg dan kering @ Rp.100.000,00/kg.
Ketersediaan tanaman obat saat ini dipasar untuk komoditas tertentu memang masih banyak atau masih mudah ditemui.Tetapi masih banyak juga tanaman obat yang belum terdapat di pasar. Seperti tanaman obat untuk komoditas kelompok kami yaitu kunyit ,temu ireng,pala,sirih ini merupakan salah satu jenis tanaman obat yang masih sangat mudah didapati di pasar-pasar daerah. Pasar-pasar yang tidak besarpun banyak ditemui tanaman obat tersebut. Dan untuk contoh tanaman obat yang belum banyak terdapat di pasar-pasar daerah yaitu tanaman obat mahkota dewa. Berkaitan dengan ketersediaan tanaman obat yang mudah didapat dan yang tidak mudah didapat di pasar-pasar daerah terutama, kemungkuinan untuk tanaman yang mudah didapat banyak petani bahkan warga sekitar yang banyak membudidayakan tanaman obat tersebut dan hal tersebut sangat berpengaruh besar terhadap harga pasar yang biasanya apabila ketersediaan banyak atau melimpah (dimana-mana ada) dapat dipastikan harga dari tanaman obat tersebut bisa didapat dengan harga yang lebih murah ditambah dengan banyak petani yang membudidayakannya kemudian untuk tanaman yang sulit didapat, kemungkinan yang terjadi adalah belum banyaknya petani yang membudidayakan tanaman tersebut sehingga tanaman tersebut belum banyak terdapat dipasar. Adapun hanya seberapa saja. Hal tersebut berakibat pada harga pasar dari tanaman tersebut biasanya cenderung lebih mahal. Untuk tanaman obat seperti kunyit, temu ireng, pala dan sirih merupakan salah satu jenis tanaman yang paling sering atau mayoritas dicari oleh para konsumen selain dari harganya yang sangatlah terjangkau disemua kantong kalangan masyarakat baik yang rendah sampai tinggi yaitu khasiat dan kegunaan tanaman tersebut bagi kesehatan tubuh seperti dibuat jamu, bumbu masakan, pembersih gigi dan lain-lain. Sehingga sangatlah diminati para konsumen. Mungkin para konsumen belum mengenal tanaman tersebut dan khasiatnya selain itu harga dari tanaman tersebut relative sangat mahal.
Simplisia adalahbahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia sendiri terdiri dari beberapa macam simplisia yaitu simplisia nabati, hewani dan mineral.(Shasmita praja, 2002) berkaitan dengan praktikum plasma nutfah ini simplisia yang digunakan atau yang lebih dijelaskan adalah simplisia nabati karena yang berkaitan dengan komoditas tanaman yang dijadikan sebagai bahan praktikum. Cara pembuatan simplisia untuk komoditas kelompok kami yaitu kunyit, temu ireng, pala, sirih dan mahkota dewa yaitu untuk kunyit terlebih dahulu tanaman obat tersebut dikumpulkan menjadi satu tempat dengan yang lainnya kemudian dicuci bersih hingga kotoran-kotoran seperti tanah-tanah atau bahkan simplisia yang lain (bahan obat yang lain segera dipisah) setelah itu dilakukan pemilihan kunyit yang masih layak untuk disimplisia kemudian baru dikeringkan. Bagian yang digunakan untuk simplisia tanaman obat(kunyit) adalah rimpangnya. Hal ini sama halnya dengan tanaman obat(temu ireng) bagian yang digunakan untuk simplisia adalah rimpangnya dan proses pembuatannyasama dengan kunyit. Berbeda halnya dengan pembuatan simplisia dari tanaman obat (pala). Setelah bahan(pala) telah dikumpulkan proses simplisianya itu hanyalah dikeringkan saja karena apabila(pala) melalui proses pencucian itu tidak dapat menghasilkan simplisia yang baik bahkan bisa hancur. Bagiabyang dijadikan simplisia yaitu selubung biji buah , biji dan kulit buah. Sirih biasanya tanaman ini digunakan secara langsung maksudnya sesuai dengan kebutuhan. Kebanyakan orang yang menggunakanya yaitu dengan merebus secara langsung kemudian disedu atau dibuat berkumur dan lain-lain. Tetapi untuk proses pembuatan simplisia sendiri dengan mencuci bersih daun dari tanaman sirih tersebut kemudian dikeringkan. Selanjutnya mahkota dewa yaitu dengan membersihkan terlebih dahulu tanaman yang akan dijadikan simplisia kemudian tanaman tersebut dipisah-pisah antara yang masih layak dengan yang sudah tidak layak dijadikan sebagai bahan dari simplisia. Bagian dari tanaman obat( mahkota dewa) ini yaitu daging buah, daun dan bijinya.
Macam cara pelestarian keanekaragaman hayati secara In-situ terdiri dari beberapa macam cara, antara lain :
1.      Melakukan pelestarian secara In-situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindungan
2.      Pengawasan plasma nutfah didaerah lindung harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan
3.      Pelestarian In-situ ini dilakukan dalam hutan, semak, savanu, stepa, atau biota yang lain, jadi cara ini dalam bentuk koleksi tumbuhan yang masih hidup. Sehubungan dengan tujuan plasma nutfah yang ada maka pengolahan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yag belum diusahakan.
Secara garis besar (secara umum) syarat pertumbuhan dari tanaman obat yang satu dengan yang lainnya hamper sama, yaitu :
a.       Iklim untuk budidaya merupakan salah satu syarat yang sangat diperlukan oleh tanaman obat yaitu seperti halnya intensitas cahaya yang diperlukan apakah sedang ataukah penuh  danjuga curah hujan yang sesuai. Curah hujan menggambarkan ketersediaan air sebagai penopang kehidupan tanaman obat. Tanaman tidak dapat tumbuh tanpa air. Terlihat jaringan tanaman sebagian besar adalah air. Kurang lebih 95% adalah air. Sehingga tanaman yang kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktifitas tanaman( Mejaya, 2000)
b.      Media taman yaitu yang berkaitan dengan jenis tanah yang cocok untuk tanaman obat yang akan dilestarikan,ph tanah juga harus diperhatikan
c.       Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu udara dan suhu tanah ,serta aktivitas fotosintesis,setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap kondisi tersebut.kita tidak dapat memaksakan suatu jenis tanaman ditanam bukan habitatnya (kondisinya),cukup memilih tanaman obat yang dikehendaki untuk dibudidayakan pada lokasi budidaya yang sesuai habitatnya
Setiap jenis tanaman obat khususnya tanaman obat pastilah memiliki habitat yang berbeda-beda dari setiap jenis tanaman obat. Habitat sendiri merupakan tempat tumbuh atau lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan tanamandan perkembangan tanaman. Seperti komoditas kelompok kami yaitu kunyit dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m/dpl,temu ireng tumbuh pada dataran rendah, sirih tumbuh didaerah yang lembab, pala tumbuh pada ketinggian 500 m dpl sedang mahkota dewa tumbuh pada ketinggian 10-1200 m dpl. Selain sebagai tempat tumbuh habitat juga sangat berpengaruh terhadap jenis tanaman obat yang akan ditanam apabila habitat dari suatu tanaman obat tidak tepat  maka berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman obat tersebut seperti tidak dapat tumbuh dengan baik seperti kerdil,mudah terserang hama dan penyakit dan lama lama-kelamaan tumbuhan tersebut akan mati. Sehingga patani yang membudidayakan tanaman tersebut akan mengalami kerugian. Maka dari itu sebelum bertanam suatu komoditas sebaiknya terlebih dahulu meneliti lebih lanjut segala sesuatu yang berkaitan dengan tanaman  yang akan dibudidayakan .














2.        Pelestarian secara Ex-situ
a.                               Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pertumbuhan tanaman kencur ( Kaempferia galanga)
No
Minggu Ke-
Keadaan Tanaman
Jumlah
Hidup
Mati
Tunas
Daun
1
I
4
-
-
-
2
II
4
-
-
-
3
III
4
-
-
-
4
IV
4
-
3
1
5
V
4
-
3
1
6
VI
4
-
3
1
7
VII
4
-
3
1

Tabel 1.2 Pertumbuhan tanaman Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
No
Minggu Ke-
Keadaan Tanaman
Jumlah
Hidup
Mati
Tunas
Daun
1
I
4
-
-
-
2
II
4
-
-
-
3
III
4
-
-
-
4
IV
4
-
-
-
5
V
4
-
1
1
6
VI
4
-
1
1
7
VII
4
-
1
1

Tabel 1.3 Pertumbuhan tanaman Jahe ( Zingiber officinale )
No
Minggu Ke-
Keadaan Tanaman
Jumlah
Hidup
Mati
Tunas
Daun
1
I
4
-
-
-
2
II
4
-
-
-
3
III
4
-
-
-
4
IV
4
-
-
-
5
V
4
-
-
-
6
VI
4
-
-
-
7
VII
4
-
-
-

Tabel 1.4 Pertumbuhan tanaman Kunyit (Curcuma longa)
No
Minggu Ke-
Keadaan Tanaman
Jumlah
Hidup
Mati
Tunas
Daun
1
I
4
-
-
-
2
II
4
-
-
-
3
III
4
-
-
-
4
IV
4
-
-
-
5
V
4
-
-
-
6
VI
4
-
-
-
7
VII
4
-
-
-

b.                              Pembahasan
Proses simplisia dari jenis-jenis tanaman obat sangatlah beragam,tetapi ada beberapa macam tanaman obat yang proses simplisianya sama misalnya pada kunyit dan temu ireng yaitu melalui tahapan yang pertama yaitu   pengumpulan bahan Sortasi basah Pencucian bahan pengubahan bentuk (jika perlu dan tidak semua jenis tanaman melalui tahap ini dalam proses simplisia) pengeringan dan fermentasi atau penyaringan sortasi keringpengepakan penyimpanan pemeriksaan mutu. Berkaitan dengan permintaan obat yang saat ini meningkat tajam, konsumen zaman sekarang ini memiliki selera yang berbeda dari pada zaman dahulu meskipun masih lumayan banyaklah yang masih mencari tanaman obat dalam bentuk basah . konsumen saat ini lebih suka sesuatu yang simple dan praktis. Mudah dibawa,mudah digunakan dll. Dan dengan adanya simplisia saat ini antusias konsumen terhadap simplisia cukup banyak karena tidak harus repot-repot apabila missal ingin membuat ramuan. Obat sendiri yang tidak harus melewati banyak tahapan yang sangat rumit. Sehingga konsumen lebih diberikan kemudahan dengan adanya simplisia terhadap tanaman obat.
Ada beberapa macam cara pelestarian secara ex-situ yaitu :
a.    Koleksi tumbuhan hidup cara ini dapat dilakukan pada kebun raya , arboreta , kebun buah-buahan , kebun tanaman luar ( introduksi), stasiun dan kebun pemuliaan
b.    Bentuk penyimpanan biji pelestarian dalam bentuk penyimpanan biji  harus diperhatikan jenis biji yang akan disimpan, atas dasar sifat-sifatnya ada dua kelompok jenis biji yaitu :
1.   Jenis orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi  positif terhadap pengerinagan dan pendinginan atau juga disebut mempunyai kepekaan terhadap suhu rendah
2.   Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi negative terhadap pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan . Jenis ini banyak terdapat pada pertumbuhan tropis yang tumbuh dihutan / daerah basah
c.    Bentuk penyimpanan tepung sari
Setiap penyimpanan kebanyakan bijindalam penyimpanan tepung sari,daya hidup akan lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan , kadar air dan tekanan 0. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan dari jenis gramineae,alismataceae dll.

d.   Bentuk penyimpanan persediaan meristem dan jaringan
Dalam bentuk penyimpnan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin atau dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.


Syarat yang diperlukan untuk budidaya tanaman obat secara umum yaitu:
a.    Pemmilihan bibit yang akan digunakan untuk budidaya tanaman obat
b.    Pengolahan media
1.         Persiapan lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
2.         Pembukaan lahan : Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.
3.         Pembuatan bedengan : Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
4.         Pemupukan : Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.
c.    Teknik penanaman
1.         Penentuan pola tanam : Bibit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.
2.         Pembuatan Lubang tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
3.         Cara Penanaman : Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang.
4.         Periode tanam : Masa tanam yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
d.   Pemeliharaan tanaman
1.         Penyulaman : Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan  (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.
2.         Penyiangan : Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
3.         Pembubuhan : Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.
4.         Pemupukan  : Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun secara nyata. Selain pupuk dasar pada 2- 4 bulan tanam perlu penambahan pupuk organic.
5.         Pengairan dan penyiraman : Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.
6.         Waktu penyemprotan pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
7.         Secara umum dari keempat jenis tanaman yang telah dibudidayakan yaitu kencur, temulawak, jahe dan kunyit hampir sama. Dan cara pembudidayaannya hampir sama juga yang secara umum sebagai berikut yaitu pemilihan bibit tanaman dari masing –masing jenis dari keima tanaman tersebut kebanyakan menggunakan rimpangnya. Ada 2 cara :
1.   Langsung tanam: Rimpang yang segar langsung ditanam ke suatu tempat  yang digunkan untuk budidaya ( lahan/ polybag).
2.   Ditunasakan dulu : Rimpang segar setelah dipotong disimpan 1-2 minngu di suatu tempat yang kering ,tidak panas, tidak terlindungi. Penyiapan lahan yaitu dengan membersihkan lahan dari rerumutan kemudian membuat bedengan sambil diberi pupuk ,selanjutnaya penanaman tanaman biasanya dilakukan awal musim hujan, jarak tanam, kemudian pemeliharaan : penyiangan, penyulaman, pemupukan, pengemburan tanah , hama dan penyakit yang ada di basmi.
Cara pemanenan untuk jenis tanaman obat seperti kencur, temulawak, jahe dan kunyit secara umum hampir sama yaitu pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan umur dari tanaman obat tersebut biasanya dapat dipanen pada usia 6-8 bulan dan dapat diundursampai musim berikutnya karena tidak ada efeknya  yang buruk. Panen sebaiknya dilakukan dalam aktu yang singkat . Biasanya bila setelah cukup panen di tandai dengan membongkar seluruh rimpang denagn cangkul,garpu atau alat lain. Mematahkan atau memotong rimpang bagian pinggir ,sisa yang tertinggal dibiarkan tumbuh untuk musim tanam berikutnya. Rimpang yang telah tua berpenampilan gemuk ,padat dengan sisik –sisik yang melingkarinya telah mengering. Ciri rimpang yang baik yaitu dengan melihat diameter dan panjang rimpang dibersihkan dari tanah dan kotoran cuci dengan air hingga bersih kemudian angin-anginkan rimpang hingga kering kemudian simpan ditempat bersih dan kering.
Pada dasarnya proses pembuatan simplisia dari masing-masing jenis tanaman obat seperti kencur, jahe ,temulawak ,kunyit itu sama karena bagian yang digunakan adalah rimpannya. Jenis tanaman obat tersebut merupakan jenis empon-emponan yang banyak terdapat di daerah-daerah disekitar kita. Yang sangat mudah kita jumpai . Dari 4 jenis tanaman yang digunakan yaitu kunyit bagian yang digunakan untuk simplisia adalah rimpangnya , Kencur yang digunakan untuk simplisia yaitu rimpang, sedangkan untuk tanaman jahe itu berakar rimpang dan temulawak yang digunakan juga rimpangnya untuk bagian lainnya seperti daun , batang dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain. Cara pembuatan simplisia tanaman obat tersebut adalah :
1.        Pengumpulan bahan: Bahan dari masing-masing tanaman dikumpulkan dalam suatu tempat
2.        Sortasi basah : Setelah terkumpul dilakukan pemilihan tanaman antara yang baik dan yang tidak baik
3.        Pencucian: Tanaman dicuci hngga bersih dari tanah maupun kotoran lainnya
4.        Pengubahan bentuk: Tidak semua tanaman melewati tahap ini. Haya tanaman tertentu saja
5.        Pengeringan : Setelah dibersihkan, tanaman dikeringkan hingga benar-benar kering
6.        Sortasi kering : Setellah tanaman kering dipilih lagi antara yang baik dan tidak
7.        Pengepakan : Kemudian tanaman ditata disuattempat dengan cara di pack
8.        Penyimpanan : Selanjutnya disimpan ditempat yang bersih dan kering















E.       Keimpulan dan Saran
1.      Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a.    Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi, Sekitar 30 persen jenis hewan dan tumbuhan yang ada di muka bumi berada di Indonesia.
b.    Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
c.    Keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua macam yaitu keanekaragaman hayati secara in-situ dan keanekaragamn hayati secara ex-situ
d.   Pelestarian In situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya.
e.    Pelestarian ex-situ adalah pelestarian dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya (ke tempat yang baru).
f.     Pada praktikum kali ini untuk keanekaragaman hayati dan pelestarian secara in-situ dilakukan dengan cara survai pasar dan survai ke petani
g.    Untuk  praktikum pelestarian ex-situ dilakukan dengan cara menanam secara langsung 4 jenis komoditas tanaman yaitu kencur, kunyit, jahe, temulawak.
h.    Hasil survai pasar semua komoditas yang dicari ada di pasar
i.      Hasil penanaman  4 tanaman kelompok kami ada yang tumbuh dan ada yang belum tumbuh pada saat panen




2.      Saran
Beberapa saran untuk praktikum plsma nutfah antara lain :
a.       Mahasiswa harus lebih aktif bertanya dan berkonsultasi kepada coas agar supaya tidak terjad miss communication pada saat pelaksanan praktikum dan pembuatan laporan
b.      Tempat yang digunakan untuk penanaman tanaman harus dipastikan terhindar dari gangguan manusia maupun hama penyakit
c.       Untuk pelaksanan survai ke luar ilayah kampus sebaiknya coas ikut membimbing agar supaya pelaksanan bisa terarah dengan lebih baik










Tidak ada komentar:

Posting Komentar