A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara dengan
biodiversitas yang tinggi. Sekitar 30 persen jenis hewan dan tumbuhan yang ada
di muka bumi berada di Indonesia. Letak Indonesia yang sangat strategis
menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman plasma nutfah yang beragam.
Hingga saat ini, para ilmuwan masih terus mencari jenis tumbuhan baru yang ada
di Indonesia. Seiring dengan ditemukannya jenis-jenis baru, ternyata ribuan
jenis tanaman terancam punah dan mengalami kepunahan.
Plasma nutfah adalah substansi yang
terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul
atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa
kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi
belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis
budidaya.
Tanaman obat di Indonesia merupakan
salah satu kekayaan plasma nutfah yang harus dijaga kelestariannya. Karena
plasma nutfah merupakan sebuah sumber genetik yang dapat digunakan untuk tujuan
penelitian dan pemuliaan. Namun pada umumnya industri jamu menggunakan bahan
tanaman obat yang berasal dari alam, misalnya hutan. Tanpa adanya usaha pelestarian
atau konservasi, tanaman obat di alam akan mulai jarang dan akhirnya punah.
Seiring dengan adanya keinginan untuk
back to nature, masyarakan berlomba-lomba untuk kembali ke alam, yaitu
menggunakan bahan-bahan alami, khususnya obat herbal. Hal ini mendorong
munculnya tumbuhnya industri obat herbal yang semakin meningkat. Produsen
herbal mengambil bahan baku dari alam. Jika para produsen menggunakan bahan
baku dari alam secara terus menerus, tidak menutup kemungkinan jika suatu
vaietas tertentu akan punah. Untuk itu perlu adanya suatu pelestarian untuk
plasma nutfah tanaman obat-obatan tradisional,dengan cara pelestarian secara
In-situ maupun Ex-situ.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum
plsma nutfah ini antara lain sebagai berikut :
1. Mahasiswa
mengetahui macam keanekaragaman plasma nutfah di alam bebas.
2. Mahasiswa
mampu mengidentifikasi jenis – jenis plasma nutfah
3. Mahasiswa
mengetahui dan mampu melestarikan tanaman obat secara in - situ
4. Mahasiswa
terampil dalam membudidayakan tanaman obat secara ex-situ
B.
Tinjauan
Pustaka
1. Keanekaragaman
Hayati
Plasma nutfah adalah keanekaragaman
genetik yang dimiliki oleh satu spesies tanaman atau seluruh kisaran
keanekaragaman sifat di dalam satu jenis tana-man budidaya. Kekayaan plasma
nutfah adalah banyaknya kultivar, strain, galur, kerabat liar, land races,
mutan yang dimiliki oleh setiap spesies tanaman. Pengelolaan plasma nutfah
tanaman di Indonesia tersebar di berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan
kebijakan pengelolaan secara nasional (Sastrapraja , 2009).
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat
Indonesia disebabkan karena a) Kerusakan habitat, b) Punahnya budaya dan
penge-tahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan, c)
Pemanenan tumbuhan obat yang berle-bihan. Adanya eksploitasi terhadap kayu yang
sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan obat juga
merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya (Zuhud et al.,2001).
Beberapa spesies tumbuhan obat
dinyatakan langka serta terancam kepunahan. Di Indonesia, kegiatan eksploitasi
hutan, konversi hutan dan pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat, serta
pengambilan tumbuhan obat dengan tidak mempertimbangkan aspek kelestarian dapat
dipandang sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian dan penurunan
populasi tumbuhan obat, sehingga secara tidak disadari kelangkaan spesies tumbuhan
obat terus meningkat (Sastroamidjojo, 1997).
Penyebab kelangkaan tumbuhan obat dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu kelangkaan secara alami dan
kelangkaan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan
kaidah ekologi/lingkungan. Penyebab utama kepunahan adalah perburuan dan
perdagangan yang tidak terkendali dari
spesies langka serta kerusakan habitat yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
Maka dari itu perlu adanya pelestarian tanaman obat (Siswanto, 2004).
2. Pelestarian
secara In- situ
Pelestarian secara in situ yang umum
dilakukan adalah dengan cagar alam atau daerah lindung. Pengawasan plasma
nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau
biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup.
Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan
hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna
melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.( Lukman, 2005)
Dalam pemanfaatannya bahan baku tumbuhan
obat masih tergantung pada tumbuhan yang ada di hutan alam atau berasal dari
pertanaman rakyat yang diusahakan secara tradisional. Pengadaan bahan
baku obat atau jamu dengan cara pemungutan langsung dari hutan alam akan
mengancam keberadaan populasinya. Kegiatan eksploitasi tanaman liar secara
berlebihan melebihi kemampuan regenerasi dari tanaman dan tanpa disertai usaha
budidaya, akan mengganggu kelestarian tanaman tersebut (Herlina, 2010).
Pelestarian In situ, yaitu
suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau tempat aslinya.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan
tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat
lainnya.( Sasmita,2002)
3. Pelestarian
secara Ex-situ
Pelestarian ex-situ adalah pelestarian
dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya (ke
tempat yang baru). Kelebihan pelestarian ex-situ adalah ruang yang diperlukan
relatif sempit, pemeliharaan murah dan sederhana, tidak ada erodi genetika,
potensi perbanyakan tinggi, yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan
diperbanyak. Kekurangan pelestarian ex-situ adalah tidak semua jenis dapat
dilakukan dengan cara ini, regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu
berhasil, potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan
tertentu (Noerdjito dan Maryanto, 2005).
Habitat didefinisikan sebagai daerah
tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama
kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat
yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena ekosistem
diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang dijadikan lahan
pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia
tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen
(Fauzan, 2009).
Konservasi plasma nutfah secara ex situ
merupakan cara pelestarian yang aman dan efisien dan membuat sumber genetik
selalu tersedia bagi para pemulia dan pengguna lainnya. Pada saat ini, kebun
koleksi merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan
mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tana-man. Plasma nutfah tersebut
perlu dipelihara sesuai dengan cara budidaya untuk masing-masing tanaman.
Tanaman koleksi tersebut diamati pertumbuhannya, diukur semua organ tanaman,
dan dicatat sifat-sifat morfologinya berupa data deskripsi varietas (Ford Llyod dan Jackson,
1986).
Kegiatan penelitian konservasi tumbuhan
obat adalah kegiatan penelitian di hulu yang amat sangat terbatas dan kurang
mendapat perhatian. Tiga lembaga yaitu Hostus Medicus Tawangmangu, Balai
penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) serta Kebun Raya dapat menjadi
garda terdepan dalam kegiatan pe-nyediaan plasma nutfah secara ex situ untuk
menunjang pelestarian secara in situ yang dilakukan oleh Depar-temen Kehutanan.
Konservasi in situ pada sejumlah Taman Nasional, daerah yang dilindungi telah
dilakukan seperti di Meru Betiri (Jawa Timur), Gn. Leuser di Aceh, Gn. Halimun
dan Gn. Gede Pangrango di Jawa Barat, Kerinci-Seblat in Jambi, Gn Palung
(Kalimantan), Gn. Rinjani (Nusa Tenggara), Rawa Aopa, Dumoga Bone (Sulawesi),
Manusela (Maluku) dan Gn. Lorentz di Irian Jaya. (Bermawie dan
Sutisna, 1999).
C.
Metodologi
Praktikum
1. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
Keanekaragaman hayati dan Pelestarian In-situ dilaksanakan pada hari Kamis , 21
Maret 2013 ( Pasar Jungke Karanganyar), Minggu,7 April 2013 (Doplang dan Teh
kuning, Karangpandan, Karanganyar) dan Pelestarian Ex-situ dilaksanakan pada
hari selasa, 19 Maret 2013 sampi dengan Rabu, 8 Mei 2013 di Green House
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat
dan Bahan
1. Alat
1. Alat
tulis
2. Camera
3. Pot
4. Sekop
2. Bahan
1. Media
tanaman, berupa pasir,tanah dan pupuk kandang
2. Bibit
tanaman obat : Kencur ( Kaempferia galanga), Temulawak (Curcuma xanthorhiza),
Jahe (Zingiber officinale), Kunyit ( Curcuma longa), Sirih ( Piper battle)
3. Cara
Kerja
1. Keanekaragaman
Sumber daya hayati
a.
Melakukan survey
dipasar jenis- jenis simplisia
b.
Melakukan inventarisasi
jenis-jenis tanaman obat
c.
Mencari dilapang tanaman
dari simplisia yang didapat dipasar.
d.
Menguraikan cara hidup
tanaman tersebut
e.
Menunjukan dengan foto
tanaman dan simplisia yang disurvey
2. Pelestarian
In-situ
a.
Melakukan survey
dipasar jenis-jenis simplisia
b.
Mencari dilapang
tanaman dari simplisai yang didapat dipasar
c.
Menguraikan cara hidup
tanaman tersebut
d. Menunjukan
dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey dan melampirkanya dalam laporan
sementara
3. Pelestarian
Kencur (Kaempferia galanga)
a. Menyediakan
media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1
b. Menanam
bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
4. Pelestarian
Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
a. Menyediakan
media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1
b. Menanam
bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
5. Pelestarian
Jahe (Zingiber officinale)
a. Menyediakan
media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1
b. Menanam
bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
6. Pelestarian
Kunyit (Curcuma longa)
a. Menyediakan
media yang telah dihomogenkan,yaitu tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1
b. Menanam
bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
D.
Hasil
dan Pembahasan
1.
Keanekaragaman Hayati
dan Pelestarian secara In-situ
a.
Hasil Pengamatan
I. Gambar
1.1 Kunyit (Curcuma longa)
|
Kegunaan:
a. Meningkatkan
kekebalan tubuh
b. Melencarkan
peredaran darah
c. Menghilangkan
rasa nyeri dan lelah pada saat haid
d. Mengobati
diare dan sakit perut
Harga Pasar :
a.
Basah : Rp. 4.000,00/kg
b.
Kering : Rp.
40.000,00/kg
Habitat
: Tanaman kunyit biasanya di tanam pada dataran rendah (45 m- 2000 m dpl)
Syarat
Budidaya :
a.
Tanaman kunyit dapat
tumbuh baik pada daerah yang intensitas cahayanya penuh / sedang
b.
Pertumbuhan terbaik
dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1.000-4.000 mm/tahun
c.
Suhu udara yang optimal
bagi tanaman ini antara 19-3 0C
d.
Tumbuh subur pada tanah
gembur
e.
Bibit yang digunakan
dari tanaman yang subur, segar, sehat, dan terhindar dari hama penyakit seta
yang sudah cukup umur (berumur > 7-12 bulan)
f.
Persiapan lahan
dilakukan 30 hari sebelum tanam
g.
Tanah dicangkul pada
kedalaman 20-30 cm kemudiamkan didiamkan 1-2 minggu
h.
Lahan dibedeng dengan
lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45cm dengan jarak tanam bedengan 30-50 cm
i.
Lubang untuk tanaman
kunyit 5-10 cm dengan mata tunas diatas
j.
Tanaman kunyit ditanam
dengan 2 pola: penanaman diawal musim hujan dengan pemanenan diawal musim
kemarau (7-8 bulan),atau 2 kali musim kemarau (12-18 bulan)
k.
Pemeliharaan tanamannya
antara lain penyulaman, penyilangan, pembubunan, pemupukan, pengairan dan
penyiraman
II. Gambar 1.2 Temu Ireng (Curcuma aeruginosa)
|
Kegunaan :
a. Menambah
nafsu makan
b. Mengatasi
penyakit kulit
c. Untuk
jamu setelah persalinan
Harga Pasar : Basah =
Rp.2.000,00
Habitat : Temu ireng biasanya
ditanam pada ketinggian ± 750 dpl
Syarat Budidaya :
a. Lahan
dibersihkan dari gulma dan dicangkul hingga kedalaman 20-30 cm
b. Lahan
dibiarkan satu minggu sebelum di tanam supaya tanah tercampur dengan pupuk
dasar atau pupuk kandang
c. Diberi
pupuk kandang / kompos
d. Bedengan
berukuran lebar 2 m dan panjangnya sesuai kondisi lahan
e. Tinggi
bedengan 25-45 cm dan jarak antar bedeng 30-50 cm
f. Pembibitan
temu ireng yaitu dengan rimpang dengan ditutupi tanah 10-15 cm pada tempat
teduh dan lembab
g. Ukuran
lubang tanam dengan jarak tanam 25cm x 25 cm dan kedalaman lubang ± 20 cm.
Lubang dibiarkan seminggu
h. Posisi
tunas tegak kemudian ditutupi dengan tanah secara rata
i. Pemeliharaan
dilakukan penyulaman setelah 2 minggu ditanam
j. Lakukan
penyiangan dengan hati-hati secara manual
k. Pengendalian
hama( Apabila ada hama)
l. Biasanya
tumbuh awal musim penghujan
m. Pemanenan
dilakukan saat tanaman di atas permukaan tanah
n. Umur
tanaman 10 bulan
III. Gambar 1.3 Pala ( Myristica fragrans)
Kegunaan :
a. Sebagai
bumbu masakan
b. Pereda
sakit gigi
c. Obat
susah tidur
Harga Pasar : Basah =
Rp.120.000,00
Habitat
: Tanaman pala biasanya tumbuh pada ketinggian 500m dpl
Syarat
Budidaya :
a. Tanaman
pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi adanya
masa kering yang nyata
b. Suhu
udara optimum 20-30 0 C
c. Suhu
udara Optimum 50-80 % dan curah hujan 2.000-3.500 mm/tahun
d. Tempat
tanaman pala harus terbuka mendapat cukup sinar
e. Tanah
yang baik untuk tanaman pala adalah tanah yang ringan( gembur)
f. PH tanah 5,5-7,0
g. Pala
yang berumur 4-5 tahun memerlukan sinar matahari yang banyak untuk berproduksi
h. Penyiapan
lahan dilakukan pada musim kemarau /minimal satu bulan sebelum tanam
i. Lahan yang sudah besih dicangkul sedalam 30 cm hingga gembur
j. Jarak tanam pada tanah datar 9cmx10cm dan yang
bergelomang 9cmx9cm
k. Pemeliharaan
tanaman pala antara lain : Penyulaman pada saat bibit berumur satu bulan ,
Pengairan membutuhakan cukup air karena apabila kurang air akan menghambat
pertumbuhan tunas dan akar , Penyiangan dan penggemburan tanah serta pemupukan
IV. Gambar 1.4 Sirih ( Piper betle)
|
a.
Membersihkan mata
b.
Keputihan
c.
Menyembuhkan gusi bengkak
d.
Melancarkan Haid
Harga
pasar : Basah Per ikat Rp 1.000,00
Habitat : Tanaman sirih
biasanya tumbug pada keadaan lembab
Syarat Budidaya :
a. Tanaman
sirih biasanya tumbuh pada tempat yang teduh
b. Tanah
dicangkul dengan kedalaman 20 cm
c. Dibuat
bedengan , kemudian dibaut lubang tanam
dengan ukuran 80 cmx 40 cm x 60 cm
d. Jarak
tanam 2 mx2 m atau 2,5 mx 2,5 m satu
bulan sebelum tanam
e. Setiap
lubang tanam diberi pupuk 0,5 kg dan diaduk rata
f. Pembibitan
sirih dilakukan dengan mengguanakn stek sulur
yang mengeluarkan akar yang banyak dan panjang.sulur di potong 30-50 cm
g. Penyiraman
dilakukan 1-2 kali dalam sehari
h. Pananaman
dilakukan sebaiknya pda musim hujan
i. Pemeliharaan
dilakukan dengan memberikan pupuk kandang
j. Pemanenan
dapat dilakukan setelah tanamn berumur setahun / disesuaikan dengan kebutuhan
V. Gambar 1.5 Mahkota dewa ( Phaleria marcocarpa)
|
Kegunaan :
a. Menyembuhkan
penyakit rematik
b. Lelah-lelah
c. Pereda
keju linu
d. Menyembuhkan
asam urat
Harga
pasar :
Basah
: Rp. 20.000,00/kg
Kering
: Rp. 10.000,00/kg
Habitat
: Tanaman Mahkota dewa biasa tumbuh di ketinggian 10 - 1.200 m dpl
Syarat Budidaya :
a. Dapat
hidup pada berbagai kondisi ,dari dataran rendah sampai dataran tinggi
b. Perbanyakan
dapat dilakukan secara vegetative dan generative
c. Curah
hujan untuk tanaman mahkota dewa 2479 mm/tahun
d. Suhu
udara sekitar 24-29 0 c dengan sinar matahari penuh
e. Mahkota
dewa tumbuh subur di tanah gembur
f. Tanah
sebelum di tanami ada baiknya di gembur
kan dahulu dan diberi pupuk kandang
g. Lubang
tanaman untuk cara Vegetatif dibiarkan selama seminggu
h. Tidak
ada siklus musim dalam penanaman mahkota dewa
i. Pemelharaan
dilakukan dengan memberikan pemupukan, Penyiraman dan penyiangan dari gulma dan
pembasmian hama
j. Pemanenan
yaitu pada saat buah berwarna merah terang dan memeiliki bau manis layaknya
gula pasir
b.
Pembahasan
Tanaman obat merupakan salah satujenis
tanaman yang dapat dijadikan sebagai obat herbal yang mempunyai efek samping
lebih rendah dibandingkan obat kimia, sehingga masih banyak dicari oleh
konsumen dan di setiap pasar pastilah ada 1-2 pedagang yang menjual empon -
empon. Berkaitan dengan ketersediaan tanaman obat di pasar dan setelah beberapa
waktu yng lalu kelompok kami melakukan survai di suatu pasar di daerah
Karanganyar yaitu pasar “ Jungke “ dengan komoditas yang dicari untuk kelomok
kami yaitu kunyit, temu ireng, pala , sirih dan mahkota dewa. Semua komoditas
tersebut tersedia dipasar. Tetapi setelah kami melakukan bincang – bincang
dengan pedagang yan ada di pasarada salah satu jenis tanaman obat yang kami
cari ternyata masih sulit diperoleh yaitu tanaman mahkota dewa. Tetapi pedagang
masih bias memasok tanaman obat mahkota dewa meskipun alam jumlah yang relatif
lebih sedikit dari pada kunyit,temu ireng, pala dan sirih. Untuk pasar di
daerah-daerah biasanya pasoka tanaman obat lebih sedikit dibandingakan dengan
pasar-pasar besar dan kebanyakan pasar-pasar besar seperti pasar legi dan pasar
gede untuk daerah solo raya. Harga yang diperoleh pun dua kali lipat dan bahkan
lebih,berbeda dengan membeli tanaman obat langsung ke petaninya harganya pasti
jauh lebihh murah.Untuk hasil survai kelompok kami : Kunyit harga basah @Rp.
4.000,00 / kg dan kering @ Rp. 40.000,00 /kg , Pala harga basah @ Rp. 120.000,00/kg
,Sirih perikat @ Rp.1.000,00/kg, Mahkota dewa basah @ Rp.20.000,00/kg dan
kering @ Rp.100.000,00/kg.
Ketersediaan tanaman obat saat ini
dipasar untuk komoditas tertentu memang masih banyak atau masih mudah
ditemui.Tetapi masih banyak juga tanaman obat yang belum terdapat di pasar.
Seperti tanaman obat untuk komoditas kelompok kami yaitu kunyit ,temu
ireng,pala,sirih ini merupakan salah satu jenis tanaman obat yang masih sangat
mudah didapati di pasar-pasar daerah. Pasar-pasar yang tidak besarpun banyak
ditemui tanaman obat tersebut. Dan untuk contoh tanaman obat yang belum banyak
terdapat di pasar-pasar daerah yaitu tanaman obat mahkota dewa. Berkaitan
dengan ketersediaan tanaman obat yang mudah didapat dan yang tidak mudah
didapat di pasar-pasar daerah terutama, kemungkuinan untuk tanaman yang mudah
didapat banyak petani bahkan warga sekitar yang banyak membudidayakan tanaman
obat tersebut dan hal tersebut sangat berpengaruh besar terhadap harga pasar
yang biasanya apabila ketersediaan banyak atau melimpah (dimana-mana ada) dapat
dipastikan harga dari tanaman obat tersebut bisa didapat dengan harga yang
lebih murah ditambah dengan banyak petani yang membudidayakannya kemudian untuk
tanaman yang sulit didapat, kemungkinan yang terjadi adalah belum banyaknya
petani yang membudidayakan tanaman tersebut sehingga tanaman tersebut belum
banyak terdapat dipasar. Adapun hanya seberapa saja. Hal tersebut berakibat
pada harga pasar dari tanaman tersebut biasanya cenderung lebih mahal. Untuk
tanaman obat seperti kunyit, temu ireng, pala dan sirih merupakan salah satu
jenis tanaman yang paling sering atau mayoritas dicari oleh para konsumen
selain dari harganya yang sangatlah terjangkau disemua kantong kalangan
masyarakat baik yang rendah sampai tinggi yaitu khasiat dan kegunaan tanaman
tersebut bagi kesehatan tubuh seperti dibuat jamu, bumbu masakan, pembersih
gigi dan lain-lain. Sehingga sangatlah diminati para konsumen. Mungkin para
konsumen belum mengenal tanaman tersebut dan khasiatnya selain itu harga dari tanaman
tersebut relative sangat mahal.
Simplisia adalahbahan alamiah yang
dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia sendiri terdiri dari beberapa macam simplisia yaitu
simplisia nabati, hewani dan mineral.(Shasmita praja, 2002) berkaitan dengan
praktikum plasma nutfah ini simplisia yang digunakan atau yang lebih dijelaskan
adalah simplisia nabati karena yang berkaitan dengan komoditas tanaman yang
dijadikan sebagai bahan praktikum. Cara pembuatan simplisia untuk komoditas
kelompok kami yaitu kunyit, temu ireng, pala, sirih dan mahkota dewa yaitu
untuk kunyit terlebih dahulu tanaman obat tersebut dikumpulkan menjadi satu
tempat dengan yang lainnya kemudian dicuci bersih hingga kotoran-kotoran
seperti tanah-tanah atau bahkan simplisia yang lain (bahan obat yang lain
segera dipisah) setelah itu dilakukan pemilihan kunyit yang masih layak untuk
disimplisia kemudian baru dikeringkan. Bagian yang digunakan untuk simplisia
tanaman obat(kunyit) adalah rimpangnya. Hal ini sama halnya dengan tanaman
obat(temu ireng) bagian yang digunakan untuk simplisia adalah rimpangnya dan
proses pembuatannyasama dengan kunyit. Berbeda halnya dengan pembuatan
simplisia dari tanaman obat (pala). Setelah bahan(pala) telah dikumpulkan
proses simplisianya itu hanyalah dikeringkan saja karena apabila(pala) melalui
proses pencucian itu tidak dapat menghasilkan simplisia yang baik bahkan bisa
hancur. Bagiabyang dijadikan simplisia yaitu selubung biji buah , biji dan
kulit buah. Sirih biasanya tanaman ini digunakan secara langsung maksudnya
sesuai dengan kebutuhan. Kebanyakan orang yang menggunakanya yaitu dengan
merebus secara langsung kemudian disedu atau dibuat berkumur dan lain-lain.
Tetapi untuk proses pembuatan simplisia sendiri dengan mencuci bersih daun dari
tanaman sirih tersebut kemudian dikeringkan. Selanjutnya mahkota dewa yaitu
dengan membersihkan terlebih dahulu tanaman yang akan dijadikan simplisia
kemudian tanaman tersebut dipisah-pisah antara yang masih layak dengan yang sudah
tidak layak dijadikan sebagai bahan dari simplisia. Bagian dari tanaman obat(
mahkota dewa) ini yaitu daging buah, daun dan bijinya.
Macam cara pelestarian keanekaragaman
hayati secara In-situ terdiri dari beberapa macam cara, antara lain :
1. Melakukan
pelestarian secara In-situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau
daerah lindungan
2. Pengawasan
plasma nutfah didaerah lindung harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan
3. Pelestarian
In-situ ini dilakukan dalam hutan, semak, savanu, stepa, atau biota yang lain,
jadi cara ini dalam bentuk koleksi tumbuhan yang masih hidup. Sehubungan dengan
tujuan plasma nutfah yang ada maka pengolahan hutan seharusnya : keseimbangan
ekosistem dijaga sestabil mungkin guna melindungi plasma nutfah yag belum diusahakan.
Secara garis besar (secara umum) syarat
pertumbuhan dari tanaman obat yang satu dengan yang lainnya hamper sama, yaitu
:
a. Iklim
untuk budidaya merupakan salah satu syarat yang sangat diperlukan oleh tanaman
obat yaitu seperti halnya intensitas cahaya yang diperlukan apakah sedang
ataukah penuh danjuga curah hujan yang
sesuai. Curah hujan menggambarkan ketersediaan air sebagai penopang kehidupan
tanaman obat. Tanaman tidak dapat tumbuh tanpa air. Terlihat jaringan tanaman
sebagian besar adalah air. Kurang lebih 95% adalah air. Sehingga tanaman yang
kekurangan air dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktifitas
tanaman( Mejaya, 2000)
b. Media
taman yaitu yang berkaitan dengan jenis tanah yang cocok untuk tanaman obat
yang akan dilestarikan,ph tanah juga harus diperhatikan
c. Ketinggian
tempat berkaitan erat dengan suhu udara dan suhu tanah ,serta aktivitas
fotosintesis,setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap
kondisi tersebut.kita tidak dapat memaksakan suatu jenis tanaman ditanam bukan
habitatnya (kondisinya),cukup memilih tanaman obat yang dikehendaki untuk
dibudidayakan pada lokasi budidaya yang sesuai habitatnya
Setiap jenis tanaman obat khususnya
tanaman obat pastilah memiliki habitat yang berbeda-beda dari setiap jenis
tanaman obat. Habitat sendiri merupakan tempat tumbuh atau lingkungan yang
cocok untuk pertumbuhan tanamandan perkembangan tanaman. Seperti komoditas
kelompok kami yaitu kunyit dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m/dpl,temu ireng
tumbuh pada dataran rendah, sirih tumbuh didaerah yang lembab, pala tumbuh pada
ketinggian 500 m dpl sedang mahkota dewa tumbuh pada ketinggian 10-1200 m dpl.
Selain sebagai tempat tumbuh habitat juga sangat berpengaruh terhadap jenis
tanaman obat yang akan ditanam apabila habitat dari suatu tanaman obat tidak
tepat maka berakibat pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman obat tersebut seperti tidak dapat tumbuh dengan baik
seperti kerdil,mudah terserang hama dan penyakit dan lama lama-kelamaan
tumbuhan tersebut akan mati. Sehingga patani yang membudidayakan tanaman
tersebut akan mengalami kerugian. Maka dari itu sebelum bertanam suatu
komoditas sebaiknya terlebih dahulu meneliti lebih lanjut segala sesuatu yang
berkaitan dengan tanaman yang akan
dibudidayakan .
2.
Pelestarian secara
Ex-situ
a.
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1
Pertumbuhan tanaman kencur ( Kaempferia galanga)
No
|
Minggu
Ke-
|
Keadaan
Tanaman
|
Jumlah
|
||
Hidup
|
Mati
|
Tunas
|
Daun
|
||
1
|
I
|
4
|
-
|
-
|
-
|
2
|
II
|
4
|
-
|
-
|
-
|
3
|
III
|
4
|
-
|
-
|
-
|
4
|
IV
|
4
|
-
|
3
|
1
|
5
|
V
|
4
|
-
|
3
|
1
|
6
|
VI
|
4
|
-
|
3
|
1
|
7
|
VII
|
4
|
-
|
3
|
1
|
Tabel 1.2
Pertumbuhan tanaman Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
No
|
Minggu
Ke-
|
Keadaan
Tanaman
|
Jumlah
|
||
Hidup
|
Mati
|
Tunas
|
Daun
|
||
1
|
I
|
4
|
-
|
-
|
-
|
2
|
II
|
4
|
-
|
-
|
-
|
3
|
III
|
4
|
-
|
-
|
-
|
4
|
IV
|
4
|
-
|
-
|
-
|
5
|
V
|
4
|
-
|
1
|
1
|
6
|
VI
|
4
|
-
|
1
|
1
|
7
|
VII
|
4
|
-
|
1
|
1
|
Tabel 1.3
Pertumbuhan tanaman Jahe ( Zingiber officinale )
No
|
Minggu
Ke-
|
Keadaan
Tanaman
|
Jumlah
|
||
Hidup
|
Mati
|
Tunas
|
Daun
|
||
1
|
I
|
4
|
-
|
-
|
-
|
2
|
II
|
4
|
-
|
-
|
-
|
3
|
III
|
4
|
-
|
-
|
-
|
4
|
IV
|
4
|
-
|
-
|
-
|
5
|
V
|
4
|
-
|
-
|
-
|
6
|
VI
|
4
|
-
|
-
|
-
|
7
|
VII
|
4
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 1.4
Pertumbuhan tanaman Kunyit (Curcuma longa)
No
|
Minggu
Ke-
|
Keadaan
Tanaman
|
Jumlah
|
||
Hidup
|
Mati
|
Tunas
|
Daun
|
||
1
|
I
|
4
|
-
|
-
|
-
|
2
|
II
|
4
|
-
|
-
|
-
|
3
|
III
|
4
|
-
|
-
|
-
|
4
|
IV
|
4
|
-
|
-
|
-
|
5
|
V
|
4
|
-
|
-
|
-
|
6
|
VI
|
4
|
-
|
-
|
-
|
7
|
VII
|
4
|
-
|
-
|
-
|
b.
Pembahasan
Proses simplisia dari jenis-jenis
tanaman obat sangatlah beragam,tetapi ada beberapa macam tanaman obat yang
proses simplisianya sama misalnya pada kunyit dan temu ireng yaitu melalui
tahapan yang pertama yaitu pengumpulan
bahan Sortasi basah Pencucian bahan pengubahan bentuk (jika perlu dan tidak
semua jenis tanaman melalui tahap ini dalam proses simplisia) pengeringan dan
fermentasi atau penyaringan sortasi keringpengepakan penyimpanan pemeriksaan
mutu. Berkaitan dengan permintaan obat yang saat ini meningkat tajam, konsumen
zaman sekarang ini memiliki selera yang berbeda dari pada zaman dahulu meskipun
masih lumayan banyaklah yang masih mencari tanaman obat dalam bentuk basah .
konsumen saat ini lebih suka sesuatu yang simple dan praktis. Mudah
dibawa,mudah digunakan dll. Dan dengan adanya simplisia saat ini antusias
konsumen terhadap simplisia cukup banyak karena tidak harus repot-repot apabila
missal ingin membuat ramuan. Obat sendiri yang tidak harus melewati banyak
tahapan yang sangat rumit. Sehingga konsumen lebih diberikan kemudahan dengan
adanya simplisia terhadap tanaman obat.
Ada beberapa
macam cara pelestarian secara ex-situ yaitu :
a. Koleksi
tumbuhan hidup cara ini dapat dilakukan pada kebun raya , arboreta , kebun
buah-buahan , kebun tanaman luar ( introduksi), stasiun dan kebun pemuliaan
b. Bentuk
penyimpanan biji pelestarian dalam bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji yang akan
disimpan, atas dasar sifat-sifatnya ada dua kelompok jenis biji yaitu :
1. Jenis
orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi
positif terhadap pengerinagan dan pendinginan atau juga disebut
mempunyai kepekaan terhadap suhu rendah
2. Jenis
yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi negative terhadap pengeringan
dan mungkin juga dengan pendinginan . Jenis ini banyak terdapat pada
pertumbuhan tropis yang tumbuh dihutan / daerah basah
c. Bentuk
penyimpanan tepung sari
Setiap
penyimpanan kebanyakan bijindalam penyimpanan tepung sari,daya hidup akan lebih
panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan , kadar air dan tekanan
0. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan dari jenis gramineae,alismataceae
dll.
d. Bentuk
penyimpanan persediaan meristem dan jaringan
Dalam
bentuk penyimpnan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin atau
dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.
Syarat yang diperlukan untuk budidaya
tanaman obat secara umum yaitu:
a. Pemmilihan
bibit yang akan digunakan untuk budidaya tanaman obat
b. Pengolahan
media
1.
Persiapan lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan
tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit
sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
2.
Pembukaan lahan : Lahan yang akan ditanami dibersihkan
dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna
menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan
kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian
diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah
menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.
3.
Pembuatan bedengan : Lahan kemudian dibedeng dengan lebar
60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.
4.
Pemupukan : Untuk mempertahankan kegemburan
tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar,
dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam
lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk
kandang 2,5-3 kg.
c. Teknik
penanaman
1.
Penentuan pola tanam :
Bibit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm
dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua
pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim
kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan
dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada
masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya
terletak pada masa panennya.
2.
Pembuatan Lubang tanam
: Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm
dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
3.
Cara Penanaman : Teknik
penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1
ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA
(indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh
nyata terhadap pembentukan rimpang.
4.
Periode tanam : Masa
tanam yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan
lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup
banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda
yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim
hujan.
d. Pemeliharaan
tanaman
1.
Penyulaman : Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh
atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar
dan sehat.
2.
Penyiangan : Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk
menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara
dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan
dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna
merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
3.
Pembubuhan : Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada
pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran
dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan
kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur
dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan
dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.
4.
Pemupukan :
Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan
luas area daun secara nyata. Selain pupuk dasar pada 2- 4 bulan tanam perlu
penambahan pupuk organic.
5.
Pengairan dan penyiraman : Tanaman kunyit termasuk tanaman
tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu
dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga
rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur
aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.
6.
Waktu penyemprotan pestisida : Penyemprotan pestisida
dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
7.
Secara umum dari keempat jenis tanaman yang telah
dibudidayakan yaitu kencur, temulawak, jahe dan kunyit hampir sama. Dan cara
pembudidayaannya hampir sama juga yang secara umum sebagai berikut yaitu
pemilihan bibit tanaman dari masing –masing jenis dari keima tanaman tersebut
kebanyakan menggunakan rimpangnya. Ada 2 cara :
1. Langsung tanam: Rimpang yang segar
langsung ditanam ke suatu tempat yang
digunkan untuk budidaya ( lahan/ polybag).
2. Ditunasakan dulu : Rimpang segar
setelah dipotong disimpan 1-2 minngu di suatu tempat yang kering ,tidak panas,
tidak terlindungi. Penyiapan lahan yaitu dengan membersihkan lahan dari rerumutan
kemudian membuat bedengan sambil diberi pupuk ,selanjutnaya penanaman tanaman
biasanya dilakukan awal musim hujan, jarak tanam, kemudian pemeliharaan :
penyiangan, penyulaman, pemupukan, pengemburan tanah , hama dan penyakit yang
ada di basmi.
Cara pemanenan untuk jenis tanaman obat
seperti kencur, temulawak, jahe dan kunyit secara umum hampir sama yaitu
pertama yang harus dilakukan adalah memperhatikan umur dari tanaman obat
tersebut biasanya dapat dipanen pada usia 6-8 bulan dan dapat diundursampai musim
berikutnya karena tidak ada efeknya yang
buruk. Panen sebaiknya dilakukan dalam aktu yang singkat . Biasanya bila
setelah cukup panen di tandai dengan membongkar seluruh rimpang denagn
cangkul,garpu atau alat lain. Mematahkan atau memotong rimpang bagian pinggir
,sisa yang tertinggal dibiarkan tumbuh untuk musim tanam berikutnya. Rimpang
yang telah tua berpenampilan gemuk ,padat dengan sisik –sisik yang
melingkarinya telah mengering. Ciri rimpang yang baik yaitu dengan melihat
diameter dan panjang rimpang dibersihkan dari tanah dan kotoran cuci dengan air
hingga bersih kemudian angin-anginkan rimpang hingga kering kemudian simpan
ditempat bersih dan kering.
Pada dasarnya proses pembuatan simplisia
dari masing-masing jenis tanaman obat seperti kencur, jahe ,temulawak ,kunyit
itu sama karena bagian yang digunakan adalah rimpannya. Jenis tanaman obat
tersebut merupakan jenis empon-emponan yang banyak terdapat di daerah-daerah
disekitar kita. Yang sangat mudah kita jumpai . Dari 4 jenis tanaman yang digunakan
yaitu kunyit bagian yang digunakan untuk simplisia adalah rimpangnya , Kencur
yang digunakan untuk simplisia yaitu rimpang, sedangkan untuk tanaman jahe itu
berakar rimpang dan temulawak yang digunakan juga rimpangnya untuk bagian
lainnya seperti daun , batang dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain. Cara
pembuatan simplisia tanaman obat tersebut adalah :
1.
Pengumpulan bahan: Bahan dari masing-masing tanaman
dikumpulkan dalam suatu tempat
2.
Sortasi basah : Setelah terkumpul dilakukan pemilihan
tanaman antara yang baik dan yang tidak baik
3.
Pencucian: Tanaman dicuci hngga bersih dari tanah maupun
kotoran lainnya
4.
Pengubahan bentuk: Tidak semua tanaman melewati tahap ini.
Haya tanaman tertentu saja
5.
Pengeringan : Setelah dibersihkan, tanaman dikeringkan
hingga benar-benar kering
6.
Sortasi kering : Setellah tanaman kering dipilih lagi antara
yang baik dan tidak
7.
Pengepakan : Kemudian tanaman ditata disuattempat dengan
cara di pack
8.
Penyimpanan : Selanjutnya disimpan ditempat yang bersih dan
kering
E.
Keimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Dari hasil
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Indonesia
merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi, Sekitar 30 persen jenis
hewan dan tumbuhan yang ada di muka bumi berada di Indonesia.
b. Plasma
nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan
sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik
untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
c. Keanekaragaman
hayati dibedakan menjadi dua macam yaitu keanekaragaman hayati secara in-situ
dan keanekaragamn hayati secara ex-situ
d. Pelestarian In situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya
alam hayati di habitat atau tempat aslinya.
e. Pelestarian
ex-situ adalah pelestarian dengan mengeluarkan plasma nutfah dari wadahnya, ekosistemnya
atau biotanya (ke tempat yang baru).
f. Pada
praktikum kali ini untuk keanekaragaman hayati dan pelestarian secara in-situ
dilakukan dengan cara survai pasar dan survai ke petani
g. Untuk praktikum pelestarian ex-situ dilakukan
dengan cara menanam secara langsung 4 jenis komoditas tanaman yaitu kencur,
kunyit, jahe, temulawak.
h. Hasil
survai pasar semua komoditas yang dicari ada di pasar
i. Hasil
penanaman 4 tanaman kelompok kami ada
yang tumbuh dan ada yang belum tumbuh pada saat panen
2. Saran
Beberapa saran
untuk praktikum plsma nutfah antara lain :
a. Mahasiswa
harus lebih aktif bertanya dan berkonsultasi kepada coas agar supaya tidak
terjad miss communication pada saat pelaksanan praktikum dan pembuatan laporan
b. Tempat
yang digunakan untuk penanaman tanaman harus dipastikan terhindar dari gangguan
manusia maupun hama penyakit
c. Untuk
pelaksanan survai ke luar ilayah kampus sebaiknya coas ikut membimbing agar
supaya pelaksanan bisa terarah dengan lebih baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar