Rabu, 09 Desember 2015

First Step-KLASIFIKASI IKLIM



VII. KLASIFIKASI IKLIM

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Di alam unsur-unsur iklim tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain perilaku salah satu unsur iklim di suatu wilayah atau tempat merupakan resultante dari bermacam-macam unsure iklimlainya. Meskipun pola perilaku iklim di bumi cukup rumit, tetapi ada kecenderungan bahwa karakteristik dan pola tertentu dari unsure-unsur iklim di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan sekalipun, menunjukkkan perilaku yang serupa apabila faktor utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa salah satu unsure iklim (pengendali) atau letak geografisnya.

Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dinggin, daerah panas, gurun, stepa atau hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga membutuhkan suatu system penamaan untuk kelompok-kelompok yang sama tersebut. Sistem penamaan terhadap pokok bahasan dalam setiap cabang ilmu yang mendasarkan pada sifat-sifat yang sama atau persamaannya kita kenal sebagai sistem klasifikasi. Seperti halnya pada cabang ilmu lain misalnya ilmu tanah, botani, dan entomologi dalam membahas formulasi-formulasi kesamaan tentang sifat unsur-unsur iklim di suatu wilayah sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim. dengan demikian pada hakekatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. oleh karena itu analisis statik unsur-unsur iklim dapat dilakukan umtuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana.

2. Tujuan Praktikum

        Tujuan praktikum agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mahasiswa dapat mengklasifikasikan iklim berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun.

65

 

3. Waktu dan Tempat Praktikum

        Praktikum agroklimatologi acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan pada tanggal Desember 2012 (menyesuaikan shiff). Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut       (Lakitan 2002).

Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan perbedaan temperatur dan curah hujan. Koppen memperkenalkan lima kelompok utama iklim di muka bumi yang didasarkan kepada lima prinsip kelompok nabati (vegetasi). Kelima kelompok iklim ini dilambangkan dengan lima huruf besar dimana tipe iklim A adalah tipe iklim hujan tropik (tropical rainy climates), iklim B adalah tipe iklim kering (dry climates), iklim C adalah tipe iklim hujan suhu sedang (warm temperate rainy climates), iklim D adalah tipe iklim hutan bersalju dingin (cold snowy forest climates) dan iklim E adalah tipe iklim kutub (polar climates) (Anonim 2010).

Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan. Bulan lembab bila curah hujan bulan berkisar antara 100 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan (Laan 2007).

        Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Setiawan 2010).

            Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (Sinta 2005).

C. Alat dan prinsip kerja

1.  Klasifikasi iklim menurut Schmidh Ferguson:

Pengklasifikasian iklim menurut Schmidh-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering. Pencarian rat-rata bulan kering atau bulan basah dalam klasifikasi iklim Schmidh-Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan banyaknya tahun pengamatan. Bulan lembab dalam penggolongan ini tidak dihitung.


2. Klasifikasi iklim menurut Oldeman:

Klasifikasi yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kapada jumlah kebutuhan air oleh tanaman. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut. Menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.


E. Pembahasan

1.      Perhitungan Iklim Menurut Schmidt-Ferguson

Bulan Kering Total   : 3

Bulan Basah Total    : 7,9

Q       =

=  x 100%

= 0,397  tipe iklim C (agak basah)

2.      Perhitungan Iklim Menurut Oldeman

Bulan Basah Berturut- turut : 12

Banyaknya Bulan Basah berturut-turut : 65 bulan

          Bulan Basah =

                               = 5,41

= 5 (termasuk dalam kawasan zona iklim D)

F. Kesimpulan dan Saran

a) Kesimpulan

   Klasifikasi Schmidt-Ferguson cocok untuk tanaman tahunan, sedang klasifikasi Oldeman cocok untuk tanaman musiman.

b) Saran

   Saran dalam praktikum agroklimatologi khususnya pada praktikum acara klasifikasi iklim diharapkan mahasiswa mampu untuk mengklasifikasikan iklim berdasarkan data curah hujan. Dengan mengetahui tipe iklim di suatu tempat di harapkan bisa bermanfaat dalam dunia pertanian, misalnya penentuan tanaman yang cocok di tanam di daerah tersebut yang tentunaya harus di sesuaikan dengan tipe iklm yang dimiliki.

                                                DAFTAR PUSTAKA       

Anonim. 2010. Klasifikasi Iklim Koppen. http://Wikipedia.or.id. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Laan. 2007. Klasifikasi Iklim. http://mbojo.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI. Raja Grafindo Persada,Null.

Setiawan. 2010. Klasifikasi Iklim. http://www.bisograpics.com. Diakses pada tanggal 28 November 2012.

Sinta. 2005. Dampak Variabilitas Iklim Terhadap Produksi Pangan Di Sumatra. Jurnal Sains Dirgantara Vol.2 (2), Hal: 20-29.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar