Kamis, 03 Desember 2015

First Step- Sterilisasi alat, Pembuatan Larutan Stok dan Pembuatan Media



ACARA I
STERILISASI ALAT, PEMBUATAN LARUTAN STOK, DAN PEMBUATAN MEDIA
A.  Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat sama seperti induknya. Kultur jaringan juga dapat diartikan sebagai suatu teknik penumbuhan bagian tanaman berupa potongan jaringan atau organ tanaman yang dipisahkan dari lingkungan alami dalam suatu media buatan secara aseptik. Kultur jaringan juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik menumbuh kembangbiakkan bagian tanaman dalam kondisi aseptik secara in vitro, yang dicirikan oleh kondisi kultur yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi yang lengkap dan zat pengatur tumbuh serta kondisi ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol.
Lingkungan aseptik  atau terbebas dari mikroorganisme yang merugikan merupakan salah satu syarat sukses kegiatan kultur jaringan. Adanya usaha sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses kultur tentunya diperlukan.  Tidak hanya terbatas pada peralatan, namun ruangan yang akan digunakan pun harus dalam kondisi aseptik. Tujuan utama dari sterilisasi ruangan maupun peralatan kultur pada dasarnya untuk menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme yang ada di peralatan maupun di udara bebas sekitar ruangan.
Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat, medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media akan mempengaruhi pertumbuhan kultur, kecepatan pertumbuhan dan diferensiasinya. Keadaan fisik media ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap osmolaritas larutan dalam media serta ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.
1
 
Media kultur merupakan sarana tumbuhnya tanaman yang dikulturkan. Diperlukan nutrisi yang cukup agar mendukung tanaman untuk berdiferensiasi. Setiap ekspan memerlukan komposisi media yang berbeda untuk mendukung pertumbuhannya. Praktikum ini membahas bagaimana cara pembuatan media sehingga mengetahui komposisi media yang digunakan. Setelah itu dilakukan sterilisasi peralatan juga media.
2.    Tujuan
Tujuan dari praktikum acara I sterilisasi alat, pembuatan larutan stok, dan pembuatan media adalah sebagai berikut:
a.    Mengetahui metode dan macam sterilisasi dalam kultur jaringan yang meliputi sterilisasi alat, ruang dan eksplan.
b.    Mengetahui prosedur sterilisasi alat-alat penanaman (diseksi) dan alat kaca seperti botol kultur, petridish, erlemeyer dan lain-lain
c.    Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media kultur jaringan terutama dalam pembuatan stok makro nutrein, mikro nutrein, larutan buffer (Fe-EDTA), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
3.    Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pembuatan Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan Stock dan Pembuatan Media dilaksanakan pada hari Senin, 21 April 2014 pukul 12.00 s/d 15.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B.  Tinjauan Pustaka
Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga dapat menjadi tanaman lengkap. Dengan kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan mikro atau produksi tanaman dalam jumlah besar dan waktu yang diperlukan relative lebih singkat. Oleh karena itu, perbanyakan dengan teknik kultur jaringan memiliki potensi untuk dikembangkan (Susila 2006).
Larutan stok dibuat untuk memudahkan pekerjaan dalam pembuatan media selanjutnya, antara lain menghemat pekerjaan menimbang bahan media setiap kali ingin membuat media, mengatasi kesulitan menimbang dalam jumlah yang sangat kecil, mengurangi kerusakan bahan kimia akibat terlalu sering ditutup dan dibuka. Unsur yang biasanya digunakan untuk membuat stok adalah Nitrogen, Fosfor, Kalium Sulfur, Kalsium, Magnesium, Besi, unsur sukrosa, unsure glukosa dan fruktosa, unsure Mio-isositol, unsure vitamin, dan unsur-unsur asam-asam amino, unsur zat pengatur tumbuh  (Marlin dkk 2008).
Teknik kultur jaringan memerlukan syarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan. Unsur yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya (Hendra 2007).
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan (Baran 2005).
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebas sesuatu seperti alat-alat, bahan makanan, bahan/zat kimia dari mikroorganisme yang pathogen maupun yang tidak pathogen. Beberapa cara dalam sterilisasi diantaranya yaitu sterilisasi kering tau basah, tyndalisasi, pasteurisasi, api langsung (lampu bunsen) dan uap air panas dan tekanan. Sterilisasi sangat diperlukan dalam pembuatan medium maupun lainnya yang bertujuan untuk membebaskan suatu alat, ataupun zat dari mikroorganisme. Sterilisasi dapat dilakukan diantaranya dengan menggunakan lampu Bunsen atau autoklaf, agar media ataupun alat bebas dari mikroorganisme yang pathogen ataupun tidak. Berdasarkan pengamatan cara dalam mensterilisasikan suatu alat ataupun zat salah satunya yaitu  dengan menggunakan autoklaf yang membantu mensterilkan alat ataupun media yang akan digunakan (Ridha 2012).
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuahn dan perkembangannya dalam botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan. Praperlakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan. Hambatan dapat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya (Anjar 2008)
Sterilisasi alat gelas dan metal dapat dilakukan melalui misalnya oven. Agar terbebas dari bakteri yang resisten dan partikel spora, pemanasan harus dilakukan secara ters-menerus dalam waktu yang panjang. Sedangkan sterilisasi bahan cair (air dan media) mengikuti ketentuan dan lamanya waktu bergantung pada volume cairan yang disterilisasi  (Manullang 2003).
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair. Media padat umumnya berupa padatan gel seperti agar, nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak tergantung kebutuhan                                (Hemawan dan Na’iem 2006).
C.  Alat, bahan dan Cara Kerja
1.    Alat
a.    Peralatan untuk pembuatan media, meliputi:
1)   Timbangan analitik
2)   Botol-botol kultur
3)   Magnetik stiter
4)   pH meter
5)   Gelas piala
6)   Pipet
7)   Plastik pp 0,3 mm
8)   Karet gelang
9)   Kertas label
b.    Peralatan untuk penanaman eksplan, meliputi:
1)   Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), lengkap dengan lampu busen yang berisi spirtus.
2)   Petridish dan botol-botol kultur.
3)   Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil, pisau pemes, gunting eksplan.
2.    Bahan
a.    Bahan untuk pembuatan media, meliputi:
1)   Media Murashige dan Soog (MS medium)
2)   Aquadest
3)   Agar-agar
4)   Gula
5)   Larutan stok, terdiri atas hara makro dan mikro, vitamin serta ZPT
b.    Bahan untuk penanaman eksplan, meliputi:
1)   Spirtus
2)   Eksplan
3)   Aquadest
3.    Cara Kerja
a.    Pembuatan larutan stok
Bahan-bahan kimia komponen media dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, oleh karena itu bahan-bahan tersebut disediakan dalam bentuk larutan yang disebut sebagai larutan stok. Larutan stok merupakan larutan bahan-bahan komponen media yang besarnya telah dikalikan menjadi beberapa konsentrasi. Sehingga larutan stok ini berfungsi untuk memudahkan penimbangan dan menghindari kesalahan penimbangan bahan-bahan yang diperlukan dalam jumlah yang relatif kecil.
Langkah-langkah pembuatan larutan stok, meliputi :
1)   Larutan stok media
a)    Menimbang bahan-bahan kimia yang telah dikalikan menjadi beberapa kali konsentrasi, misalnya untuk unsur hara makro dikalikan 20 dan unsur hara mikro dikalikan 100 kali konsentrasi.
b)   Melarutkan bahan-bahan kimia tersebut ke dalam aquadest dengan volume tertentu, misalnya 500 ml.
c)    Memasukkan masing-masing larutan ke dalam botol dan menyimpannya ke dalam refrigerator.
2)   Larutan stok zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh hanya diperlukan dalam jumlah sedikit sekali. Biasanya zat pengatur tumbuh ini dibuat dengan kepekatan 1-10 mg/ml. cara membuat larutan stok masing-masing ZPT adalah sebagai berikut :
a)    Menghitung kebutuhan bahan BAP 2 ppm sebanyak 300 ml adalah sebagai berikut :
2 ppm = 100 mg/l
                                       = 30 mg/0,3 l
   = 30 mg/300 ml
3)   Melarutkan bahan dengan alkohol atau NaOH 1 N kemudian ditambah dengan aquadest sampai 300 ml untuk BAP dan 100 ml untuk IBA.
4)   Memasukkan masing-masing larutan tersebut ke dalam botol dan menyimpannya ke dalam refrigerator.
b.    Pembuatan Media Kultur
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan. Contohnya komposisi Knudson C (1946), Heller (1953), Nitsch dan Nitsch (1972), Gamborg dkk. B5 (1976), Linsmaier dan Skoog-LS (1965), Murashige dan Skoog- MS (1962) serta woody plant medium-WPM (Lloyd dan McCown, 1980). Komponen media kultur yang lengkap sebagai berikut :
1)   Air distilata (aquadest) atau air bebas ion sebagai pelarut atau solven.
2)   Hara-hara makro dan mikro
3)   Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi
4)   Vitamin, asam amino dan bahan organik lain
5)   Zat pengatur tumbuh
6)   Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan
7)   Agar-agar atau gelrite sebagai pemadat media.
Langkah-langkah pembuatan media (1 liter) dalam praktikum ini Cuma memakai ¼ dari takaran 1 liter adalah sebagai berikut :
1)   Mengambil masing-masing larutan stok sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan memasukkannya ke dalam gelas piala.
2)   Mengambil larutan stok ZPT sesuai dengan perlakuan, misalnya:
a)    Untuk membuat media 1 L dengan konsentrasi NAA 2 ppm, maka volume larutan stok yang diambil adalah :
V1 × M1                               = V2 × M2
V1 × 100 ppm              = 1000 ml × 1 ppm
V1                                 = 10 ml/l
Untuk ¼ takaran = 2,5 ml
b)   Untuk membuat media 1 l dengan konsentrasi Suplemen tiamin 1 ppm, maka volume larutan stok yang diambil adalah
V1 × M1                               = V2 × M2
V1 × 100 ppm              = 1000 ml × 1 ppm
V1                                 = 10 ml/l
Untuk ¼ takaran = 2,5 ml
c)    Menambah aquadest sampai 1000 ml.
d)   Menambah gula sebanyak 20 gram.
e)    Mengatur pH dalam kisaran 5,8-6,3 dengan menambahkan beberapa tetes NaOH untuk menaikkan pH atau HCL untuk menurunkan pH. Pada saat pengukuran pH, larutan media diaduk dengan magnetik stirer.
f)    Menambahkan agar-agar 7 gram kemudian dididihkan
g)   Menuangkan larutan media ke dalam botol-botol kultur kurang lebih 25 ml tiap botol
h)   Menutup botol berisi larutan media dengan plastik
i)     Memasukkan botol-botol berisi media ke dalam autoklaf untuk proses sterilisasi pada tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit
j)     Menyimpan media pada rak penyimpan media yang bertujuan untuk mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi pada media sehingga dapat dicegah penggunaan media yang telah terkontaminasi pada saat penanaman.
c.    Media Penanaman
Dalam praktikum ini, media yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) yang dimodifikasi dengan penambahan ZPT BAP 2 ppm dan IAA 0,5 ppm. Media kultur tersebut digunakan untuk penanaman 4 macam eksplan dengan masing-masing eksplan diulang sebanyak 2 kali untuk setiap mahasiswa / praktikan.
D.  Hasil dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Alat yang digunakan dalam pembuatan media
No
Gambar
Keterangan
1



Gambar 1.1 botol kultur
Menyiapkan botol kultur yang sudah dicuci dengan bersih.
2



Gambar 1.2 Bahan pembuatan media
Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan larutan media MS dan SK.
3








 







Gambar 1.3 Larutan MS dan SK
Mencampurkan media yang telah disiapkan ke dalam tabung erlenmeyer lalu dipanaskan. Sebelum media dimasukkan ke erlenmeyer, Menimbang terlebih dahulu komposisi media pada timbangan analitik sesuai dosis media yang akan dibuat.


4





Gambar 1.4 Menambahkan air ke larutan MS
Menambahkan air ke Larutan MS sampai 1000 ml.
5




Gambar 1.5 Pengukuran pH Larutan Media
Mengukur pH larutan SK dan MS, pH SK antara 5,3 – 5,5 dan pH MS antara 6,2 – 6,3. Jika pH lebih dari batas diberi HCl dan jika kurang dari batas diberi NaOH.
6



                     
Gambar 1.6 Penambahan Agar pada Larutan MS
Menambahkan agar 8 gram pada Larutan MS di akhir proses.
7



                     
Gambar 1.7 Botol kultur berisi media

Botol kultur diisi dengan media larutan MS dan SK, kemudian ditutup sampai rapat.
8



                     
Gambar 1.8 Media Kultur Akan
Disterilisasi Dalam Autoclave

Kemudian sterilisasi media kultur dengan autoclave selama 45 menit. Sterilisasi berlangsung selama 30 menit, 15 menit digunakan untuk drying.
Sumber : Laporan Sementara
2.    Pembahasan
Tanaman memerlukan nutrisi dan vitamin untuk dapat tumbuh pada teknik kultur jaringan tanaman. Biasanya setiap tanaman mempunyai kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhannya. Inti dari teknik kultur jaringan yaitu menyediakan nutrisi dengan media yang tepat untuk pertumbuhan eksplan. Sekarang ini banyak media yang dibuat khusus untuk penyediaan nutrisi bagi eksplan, salah satunya yaitu media MS (Murashige and Skoog) yang merupakan media yang paling banyak digunakan untuk teknik kultur jaringan. Tahun 1962 Murashige dan Skoog memperkenalkan hasil temuannya berupa komposisi media kultur yang terdiri dari unsur makro, unsur mikro, vitamin dan asam amino pada konsentrasi tertentu. Temuan ini dikenal dengan nama media Murashige dan Skoog (MS).
Torres (2005) mengemukakan bahwa pembuatan media pada prinsipnya dilakukan dengan melarutkan semua komponen media dalam air sesuai dengan konsentrasinya pada formulasi yang diinginkan. Namun, penimbangan satu persatu komponen media untuk setiap pembuatan media kultur adalah tidak praktis dan hanya dapat dilakukan jika jumlah zatnya cukup besar. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembuatan larutan stok. Larutan stok adalah larutan berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih besar dari konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media akan dibuat.
Praktikum pembuatan media kali ini menggunakan media MS.  Media MS yang dibuat mengandung nutrisi makro anorganik, nutrisi mikro anorganik, nutrisi Fe, vitamin, organik dan zat pengatur tumbuh tanaman (phytohormon). Komposisi nutrisi makro yang digunakan adalah, KNO3, NH4NO3, CaCl2.H2O, MgSO4.7H2O dan KH2PO4. Nutrisi mikro yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3 and KI.  Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pengembangan untuk tanaman sintesis seperti karbohidrat dan asam nukleat. Agar dan gula diperlukan untuk pembuatan media. Bubuk agar perlu untuk media pembuatan menjadi semi padat. Diperlukan pemanas untuk mencairkan bubuk agar dan media MS cair sampai mendidih. Gula berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi dan sebagai penyeimbang tekanan osmotik media.
Yusnita (2003) mengemukakan bahwa larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi media yang dikehendaki.
Media yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) yang dimodifikasi dengan penambahan ZPT BAP 2 ppm. Media kuktur tersebut digunakan untuk penanaman 4 macam setiap botol kultur setiap mahasiswa. Pembuatan media dalam praktikum kultur jaringan ini berhasil, karena mampu menjadi menjadi media tempat tumbuhnya eksplan-eksplan tanaman yang sudah sesuai komposisinya dan tingkat kontaminasi media yang dibuat. Semakin sedikit media yang terkontaminasi maka semakin baik tingkat keberhasilan pembuatan media.
Media yang dibuat sudah tergolong baik karena mengandung komposisi nutrisi yang lengkap dan tepat untuk diserap tanaman bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya. Keberhasilan dalam membuat media sudah cukup berhasil, karena media yang dihasilkan tidak terkontaminasi, tidak terlalu cair dan tidak terlalu padat. Ciri media yang dibuat yaitu media ini berbentuk padat dengan warna putih.
Media yang dibuat menggunakan gula 60 gram/liter, unsur hara makro 100 ml/l, unsur hara mikro 20 ml/l, unsur hara fedta 100ml/l, vitamin 100ml/l larutan BAP 40 ml serta agar 16 gram. Semua bahan tersebut dicampurkan berurutan. Adanya agar dalam bahan digunakan sebagai pemadat pada media agar eksplan nantinya dapat tumbuh dan tidak tenggelam dalam media jika media cair. Sedangkan semua unsure hara makro, mikro, vitamin dan BAP merupakan bahan yang dierlukan untuk mendukung pertumbuhan ekslan nantinya.
Sebelum media dipanaskan diperiksa pH nya terlebih dahulu. pH yang tepat bagi media adalah 6,2-6,3. Bila pH masih dibawah 6,2 maka perlu ditambahkan beberapa tetes NaOH atau KOH sampai mencapai kadar pH yang diinginkan (pH 6,2). Tetapi jika kadar pH terlalu tinggi atau lebih dari 6,3 maka perlu ditambahkan beberapa tetes HCl sampai kadar pH 6,3. Media sangat baik pada pH 6,2 jika pH kurang dari 5 media agar akan terlalu lemah, tetapi jika pH di atas 7 media agar terlalu padat dan tidak bisa penanaman eksplan dengan baik. Faktor penting adalah pH yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. pH yang terlalu tinggi menyebabkan media memadat sedangkan pada pH yang redah menyebabkan media sulit memadat.  Untuk menghindarkan perubahan pH yang cukup besar. Murashige dan Skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan agar-agar dan memanaskan media di dalam autoklaf selama beberapa menit, baru diadakan penetapan media disterilkan dalam autoklaf.
Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan steril. Karena kondisi yang seteril akan menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan kultur jaringan. Karena jika kondisinya tidak steril, maka akan mudah terkena kontaminasi sehingga kemampuan ttipotensi sel akan terhambat. Sehingga diperlukan sterilisasi untuk meminimalkan adanya kontaminasi selama dilakukan proses kultur jaringan dari pembuatan media juga saat penanaman. Sterilisasi yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan menggunakan autoklaf.
Prinsip sterilisasi autoklaf adalah menggunakan panas dan tekanan dari uap air. Temperature sterilasi biasanya 1210C, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sedangkan temperatur yang digunakan untuk sterilisasi botol kultur kosong dan alat-alat yang akan digunakan untuk menanam eksplan, adalah 1210C pada tekanan 15 psi (pound per square inch) atau 1 atm selama 30-60 menit. Penghitungan waktu sterilisasi dimulai setelah tekanan dan temperatur yang diinginkan tercapai.

E.  Kesimpulan dan Saran
1.    Kesimpulan
Kesimpulan acara I Sterilisasi Alat, Pembuatan Larutan Stok dan Pembuatan Media adalah sebagai berikut:
a.    Komposisi suatu media diperlukan suatu eksplan tanaman dalam kultur jaringan. Adanya komposisi yang sesuai akan mendukung eksplan tersebut untuk tumbuh dalam kondisi in vitro.
b.    Media MS yang digunakan dalam praktikikum memiliki komposisi bahan gula, agar, unsure hara makro, mikro, mikro fedta, vitamin dan BAP.
c.    Gula yang digunakan sebagai sumber karbon, agar sebagai pemadat dan unsur lainnya digunakan sebagai penambah nutrisi atau zpt agar eksplan tumbuh maksimal.
d.   Media yang baik adalah media yang mampu mendukung pertumbuhan eksplan adalah media yang tidak terlalu padat juga tidak terlalu cair. Sehingga eksplan tidak kesulitan dalam menembus dan tidak tenggelam karena terlalu cair.
e.    Keberhasilan media yang dibuat sudah baik karena media yang dihasilkan tidak terlalu padat dan tidak terlalu cair dengan warna putih dan bentuk padat.
f.     pH pada media yang baik adalah 6,2-6,3. Bila pH masih dibawah 6,2 maka perlu ditambahkan beberapa tetes NaOH atau KOH sampai mencapai kadar pH yang diinginkan (pH 6,2). Tetapi jika kadar pH terlalu tinggi atau lebih dari 6,3 maka perlu ditambahkan beberapa tetes HCl sampai kadar pH 6,3.
g.    Media sangat baik pada pH 6,2-6,3 jika pH kurang dari 5 media agar akan terlalu lemah, tetapi jika pH di atas 7 media agar terlalu padat dan tidak bisa penanaman eksplan dengan baik.
2.    Saran
Praktikum sudah cukup baik, tetapi mungkin lebih diatur lagi penggunaan laboratorium Kultur Jaringan sehingga praktikan dapat bekerja maksimal dan tidak terlalu mengantri terlalu lama untuk menggunakan Laboratorium.






























DAFTAR PUSTAKA
Anjar 2008. Masalah-masalah dalam Kultur Jaringan. www.anjarborneo.blogspot.com. Diakses tanggal 01 Mei 2014.
Baran, Jha Timir dan Biswajit Ghosh. 2005. Plant Tissue Culture : Basic and Applied. Universities Press : India.
Hemawan T dan Na’iem 2006. Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perakaran pada Kultur Jaringan Cendana (Santalum album Linn.). Jurnal Agrosains. Vol 19 (2) : 103-109.
Hendra T. 2007. Kultur Jaringan. http://lelos66.blog.friendster.com.html.  Diakses pada tanggal 01  Mei 2014.
Manullang IN, Ellok DS, dan N Suswantini.  2003. Respon Pertumbuhan Jahe Putih (Zingiber officinale var. officinale) Secara In-Vitro pada Media Murashige-Skoog dengan Penambahan NAA dan BAP. Jurnal Budidaya Pertanian  (2) : 88 – 97.
Marlin, Suharjo, Usman KJ, dan Romaida A. 2008. Penuntun Praktikum Teknik Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Ridha Ul Fahmi. 2012. Sterilisasi Peralatan dalam Persiapan Media Kultur Jaringan.  Jurnal Biologi Vol.1 No.2 : 12-20.
Susila Anas 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : IPB
Torres K C 2005. Tissue Culture techniques for Horticultural Crops. New York: Von Hostrand Reinheld.
Yusnita 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Srcara Efisien. PT Agromedia Pustaka, Tangerang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar