Rabu, 09 Desember 2015

First Step-HUBUNGAN ANTARA ALTITUDE DENGAN TEKANAN UDARA, SUHU UDARA, DAN RH



V. HUBUNGAN ANTARA ALTITUDE DENGAN TEKANAN UDARA, SUHU UDARA, DAN RH

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

     Perlu diketahui bahwa suhu udara antara daerah satu dengan daerah lain sangat berbeda. hal ini sangat dipengaruhi salah satunya adalah tinggi rendahnya tempat. Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu daerah disebut amplitudo.


     Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara sama disebut Garis isotherm. Salah satu sifat khas udara yaitu bila kita naik 100 meter, suhu udara akan turun 0,6 °C. Di Indonesia suhu rata-rata tahunan pada ketinggian 0 meter adalah 26 °C. Misal, suatu daerah dengan ketinggian 5.000 m di atas permukaan laut suhunya adalah 26 °C × -0,6 °C = -4 °C, jadi suhu udara di daerah tersebut adalah -4 °C. Perbedaan temperatur tinggi rendahnya suatu daerah dinamakan derajat geotermis. Suhu udara rata-rata tahunan pada setiap wilayah di Indonesia berbeda-beda, karena berdasarkan  oleh faktor dengan tinggi atau rendahnya tempat / wilayah tersebut dari permukaan laut.
     Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu yang berbeda, besarnya juga berbeda. Tekanan udara secara vertikal yaitu makin ke atas semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi gas penyusunnya makin ke atas makin berkurang, sifat udara yang dapat dimampatkan, kekuatan gravitasi makin ke atas makin lemah, dan adanya variasi suhu secara vertikal di atas troposfer (>32 km) sehingga semakin tinggi suatu permukaan tempat, maka suhu udara itu semakin naik.
     Tekanan udara secara horizontal yaitu variasi tekanan udara dipengaruhi suhu udara, bahwa daerah yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan daerah yang bersuhu udara rendah tekanannya tinggi. Pola penyebaran tekanan udara horizontal dipengaruhi lintang tempat, penyebaran daratan dan lautan, pergeseran posisi matahari tahunan.  Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur angsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar

2. Tujuan Praktikum

        Praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tampat terhadap perubahan tekanan udara, suhu udara, dan RH udara.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan dibeberapa lokasi pada periode yang hampir bersamaan dan dilakukan saat udara cerah. Lokasi pengamatan meliputi Solo, Karanganyar, Karangpandan, dan Tawamangu.

B. Tinjauan Pustaka

     

      Hubungan antara ketinggian tempat dan tekanan udara ini dimanfaatkan dalam merancang alat pengukuran ketinggian tempat yang disebut Altimeter. Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mb untuk setiap bertambahnnya ketinggian tempat sebesar 100 meter. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, suhu udara didaerah tropis menunjukkan fluktasi musiman yang sangat kecil. Oleh sebab itu dapat dipahami jika Tekanan udara dikawasan tropis relatif konstan karena sedkitnya musim yang dimiliki suatu  wilayah (Takeda 2005).
      Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan perubahan. Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan lahan daripada di atas daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya (BMKG 2009).
      Meningkatnya suhu udara rata-rata, naiknya suhu permukaan air laut, perubahan pola hujan, pergeseran awal musim kemarau maupun musim hujan, merupakan dampak dari adanya pemanasan global/ perubahan iklim. Ada dua akibat dari meningkatnya temperatur: adanya perubahan tekanan, sirkulasi udara yang menyebabkan kecepatan angin menjadi lebih kencang dan adanya penguapan, uap air berkumpul di atas menyebabkan atmosfir basah, intensitas curah hujan menjadi meningkat (Firman 2009).

      Kelembapan udara dibagi menjadi dua yaitu kelembapan relative dan absolute (Ubaid 2011). Udara lembab akan berakibat menghambat transpirasi sehingga mengurangi laju transpirasi larutan zat hara dari tanah ke organ tanaman. Sedangkan pH yang terlalu rendah dapat menyebabkan daun layu sementara, sampai aliran air dari akar dapat mengimbanginya (Koesmaryono 2006).

     

C. Alat dan Cara Kerja

1. Alat

a.Thermomether
b. Hygrometer
c. Barometer
d. Altimeter

2. Cara Kerja

a. Siapkan alat-alat yang digunakan meliputi: termometer, hygrometer, barometer dan altimeter.

b. Lakukan perjalanan siang (11-12) dari Solo sampai Tawangmangu, dan amati komponen cuaca pada beberapa ketinggian seperti: Solo (UNS), Karanganyar, Karangpandan dan Tawangmangu.

c. Lakukan perjalanan sore (14-15) dari tawangmangu ke Solo, da dilakukan pengamatan yang sama.

d. Lakukan analisis dan intepretasi data yang telah diperoleh, dan buatlah komentar dan kesimpulan dari data yang didapat.

D. Hasil Pengamatan

Tabel V pengukuran field trip di beberapa wilayah

Sumber : Tabel rekapan

E. Pembahasan

        Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu yang sama (34oC) RH mengalami perbedaan di Karanganyar (39%), Karangpandan (30%). Perbedaan ini diakibatkan oleh adanya faktor perbedaan waktu, altitude, tekanan, latitude juga intensitas cahaya. Dimana Karanganyar diamati pada jam 09.05 pada ketinggian 184 mdpl, memiliki altitude lebih rendah dari yang lain. Jadi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya RH suatu lokasi diantaranya yaitu waktu. Dimana waktu berhubungan erat dengan besar kecilnya penyinaran, penyinaran optimum sekitar jam 12.00 WIB. Pada pengamatan tersebut pengukuran tiap unsur iklim dilakukan pada jam yang berbeda-beda. Semakin tinggi altitude maka suhu dan tekanan turun sehingga mengakibatkan RH meningkat, karena kelembaban sendiri berbanding terbalik dengan suhu udara. Terbukti pada pengamatan di Tawangmangu pada jam 13.55  dengan altitude tertinggi (1263 m dpl), memiliki suhu udara terendah (28 oC).

Dengan melihat hasil pengamatan dari beberapa lokasi yang berbeda dapat dilakukan perbandingan. Suhu dan tekanan di Tawangmangu lebih rendah  di bandingkan di lokasi yang lain. Karena ketinggian tempat di Tawangmangu tertinggi (1075 mdpl) dibandingkan daerah yang lain.  Sedangkan altitude di Karanganyar lebih rendah (184 mdpl) maka suhu dan tekanan di daerah ini termasuk tinggi jika dibandingkan di Tawangmangu. Apalagi di Tawangmangu begitu banyak pepohonan yang bisa bertindak sebagai naungan, sehinnga lingkungan ini menjadi tidak terlalu panas.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan praktikum hubungan antara altitude dengan tekanan udara, suhu udara dan RH maka dapat disimpulkan bahwa :

a.    Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan udaranya, dan sebaliknya.

b.    Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara semakin rendah dan sebaliknaya.

c.    Semakin tinggi suatu tempat, maka kelembabannya semakin tinggi dan sebaliknya.

d.    Kelembaban udara berbanding terbalik dengan perubahan suhu dan tekanan udara.

e.    Perubahan suhu udara berbanding lurus dengan perubahan tekanan udara.

2. Saran

               Saran dalam praktikum agroklimatologi khususnya pada praktikum acara hubungan antara altitude dengan tekanan udara, suhu udara dan RH. diharapkan para praktikan mampu untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap perubahan tekanan udara, suhu udara, dan RH udara. Berdasarkan pengamatan yang telah diperoleh hasil bahwa semakin tinggi suatu tempat suhunya semakin rendah begitu juga dengan tekanan udara sedangkan kelembaban semakin tinggi.




DAFTAR PUSTAKA

Andrea. 2010. Pengantar Agroklimatologi . PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Firman, Umara. 2009. Fluktuasi Udara dan Trend Variasi Curah Hujan Rata-Rata Diatas 100 mm di Beberapa Wilayah Indonesia Vol.5 No.3. Jurnal meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Irham. 2010. Pengaruh Suhu Sebagai Faktor Luar Pada Produktifitas Tanaman. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 20 November 2012.

Siwitri. 2004. Performans Pertumbuhan Berdasarkan Ketinggian Tempat di Daerah Transmigrasi Bengkulu. Jurnal Ilmu Pertanian, Vol.6 (2), Hal: 26-37.

Syihamuddin. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suhu Udara. http://www.syiham.co.cc. Diakses pada tanggal 20 November 212.

Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor.

Ubaid. 2011. Makalah Tekanan Udara. http://www.ubaid.web.id. Diakses pada tanggal 22 November 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar