Jumat, 23 Mei 2014

First Step-Laporan UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH



ACARA III
UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH

A.  Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Perkecambahan biji merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk biji (seedling). Biji dapat berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk : pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatmen tertentu dan pengontrolan pertumbuhan.
Pengujian daya tumbuh atau daya kecepatan berkecambahan adalah hal yang penting dan perlu dilakukan untuk mengetahui mutu dan kualitas benih secara genetik yang akan menentukan hasil produksi pertanian. Pengujian perkecambahan benih yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan substratum kertas dan pasir. Ada beberapa metode yang digunakan untuk pengujian perkecambahan biji, yaitu pada kertas, pada pasir, dalam pasir, antar kertas dan pada kertas digulung dalam plastik. Yang sering digunakan dalam pengujian adalah dengan menggunakan substratum kertas adan pasir. Secara visual dan morfologis biji berkecambah ditandai dengan keluarnya akar (radicle) atau daun (plume) yang menonjol keluar biji.
27
Proses perkecambahan biji yang mencakup aspek kimiawi meliputi beberapa tahapan yang runtun antara lain : imbibisi, sekresi, hormon dan enzim, hidrolisis cadangan makanan terutama karbohidrat dan protein dari bentuk tidak terlarut (kompleks) menjadi bentuk terlarut (sederhana), translokasi makanan terlarut dan hormone ke daerah titik tumbuh, dan bagian-bagian lainnya serta asimilasi (fotosintesis).Syarat untuk berkecambah yaitu air yang cukup, suhu yang panas, oksigen yang cukup dan cahaya. Suhu meliputi suhu minimum, maksimum dan optimum. Dan untuk cahaya meliputi intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lama penyinaran.
2.    Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilaksanakan praktikum uji daya dan kecepatan perkecambahan benih antara lain :
a.    Untuk mengetahui daya kecambah benih.
b.    Untuk mengetahui kecepatan kecambah benih.
























B.       Tinjauan Pustaka
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap vigor benih yaitu (1) Genetik (2) Tingkat kemasakan --> Waktu panen (3) Kondisi lingkungan selama perkembangan benih (4) Ukuran dan Densitas benih (5) Kerusakan mekanik --> mempengaruhi daya kecambah dan daya simpan
benih
(6) Umur dan tingkat kemunduran (7) Serangan mikroorganisme selama penyimpanan (8) suhu rendah selama imbibisi (Semsilomba 2008).
Ekstraksi benih merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica. (Anonim 2008)
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang bergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir dalam proses penanganan benih. Banyak benih relatif tahan terhadap pengaruh lingkungan, sementara benih yang berkecambah dan anakan sangat mudah rusak. Segera setelah perkecambahan dimulai, stres karena kurangnya air, suhu dan cahaya dapat menyebabkan kematian   (Utomo 2006).
Pertumbuhan daya kecambah dan laju perkecambahan benih beda sangat dipengaruhi oleh masa penyimpanan benih itu sendiri. Ada kecendurangan semakin lama disimpan perkecambahan benih semakin menurun, jadi hal ini terjadi karena pengaruh perubahan kondisi fisiologis benih selama periode penyimpanan. Daya kecambah menggambarkan kemampuan tumbuh benih atau persentase tumbuh benih ( Chanan 2003 ).
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan. Perkecambahan Epigeal Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro (Ryoo 2005).
Benih yang digunakan dalam budidaya tanaman dituntut yang bermutu tinggi, yaitu sehat dan bersih, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi optimum dengan sarana teknologi yang maju.  Petani sering mengalami kerugian baik biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang kurang baik.  Karena kita beritikad hendak melindungi petani dari kegagalan benih maka pengujian benih perlu dilakukan. Salah satu faktor yang mengukur kualitas benih adalah persentase perkecambahan (Halmer 2007).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus 2008).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. 
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar
 seedlot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku
(Lubis 2005).


















C.  Metode Praktikum
1.    Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum mengenai uji daya dan kecepatan perkecambahan benih dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22 dan 29 November 2013 pukul 09.30 -10.30 WIB di Laboratorium Ekologi dan Managemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.    Alat dan Bahan
a.    Alat :
1) Petridis
2) Bak perkecambahan
3) Kertas perkecambahan
4) Media pasir
b.    Bahan :
1)   Benih tanaman pangan jagung (Zea mays)
2)   Benih sayuran Sawi (Brassica rapa)
3.    Cara Kerja
a.    Menyiapkan media perkecambahan berupa kertas dan pasir.
b.    Mengecambahkan biji pada media perkecambahan pada kertas (PK) dan pada pasir (PP) sebanyak 10 benih.
c.    Menempatkan substratum perkecambahan pada bak perkecambahan.
d.   Mengaja kelembaban.
e.    Mengamati :
1)   Kecambahan normal, abnormal dan yang mati. Perhitungan dilakukan sejak hari perhitungan pertama hingga terakhir.
2)   Kecambah normal setiap kali pengamatan diambil 1.
f.     Menghitung daya dan kecepatan berkecambah, perhitungan daya kecambah pada hari terakhir pengamatan sedangkan kecepatan kecambah dihitung pada hari ke 3 atau ke 4.
g.    Mengambar kecambah normal dan melengkapi dengan bagian-bagiannya.

4.    Pengamatan yang dilakukan
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum Uji daya dan Kecepatan Berkecambah Benih yaitu benih normal dan abnormal dan jumlah benih yang tumbuh dan benih yang tidak tumbuh dan menghitung daya dan kecepatan berkecambah benih.

First Step-Pengujian Kadar Air Benih



ACARA II
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
A.  Pendahuluan
1.    Latar belakang
Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat sedemikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara lingkungan sekitarnya.
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak  hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih, serta mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air.
14
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko mempercepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing spesies atau varietas.

2.    Tujuan Praktikum
Tujuan dilakasanakan Praktikum Pengujian Kadar Air benih antara lain:
a.    Untuk mengetahui kadar air benih dengan metode dasar
b.    Untuk mengetahui kadar air benih dengan metode praktis

























B.  Tinjauan Pustaka
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim 2009).
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur. Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang (Kartasapoetra 2006).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak  mungkin. Metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar  (ISTA 2006).
Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilahyang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim 2009).
Yang dimaksud kadar air benih, adalah berat air yang "dikandung" dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.Penetapan Penilaian Air adalah banyaknya konten air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya konten air tersebut & dinyatakan dalam% terhadap berat asal contoh benih.Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk mengatur kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Rejesus 2008).
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari individu benih, sifat-sifat itu mencakup kebenaran-varietas, viabilitas, vigor, kerusakan mekanis, infeksi penyakit, cakupan perawatan, ukuran, dan keragaan. Jika dipandang dari populasi benih yang membentuk kelompok (lot), sifat-sifat mutu mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan tanaman lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan. Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan baik. Mutu yang ideal ini jarang tercapai. Agar lot benih memenuhi semua spesifikasi yang ideal, maka ditetapkan adanya standar mutu minimum. Standar minimum ini bukanlah tujuan, tetapi merupakan taraf terendah dari berbagai sifat mutu yang dapat diterima (Maruapey 2010).
Benih merupakan bahan perbanyakan tanaman yang erat hubungannya dengan usaha peningkatan produksi tanaman yang membawa sifat dan informasi nilai genetik dari pohon induknya. Benih bermutu tinggi atau benih berkualitas memiliki beberapa komponen penting yang menjadikannya sebagai benih unggul yang layak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman. Komponen-komponen benih tersebut ialah daya kecambah, kecepatan kecambah, kadar air, lama penyimpanan serta kemurnian benih. Daya kecambah benih akan mengalami kemunduran yang disebabkan oleh lamanya periode penyimpanan, kadar air yang tinggi sehingga viabilitasnya rendah (Nurwansyah 2011).
























C.  Metodologi Praktikum
1.    Waktu dan tempat praktikum
Praktikum mengenai pengujian kadar air benih dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 15 November 2013 pukul 09.30 – 10.30 WIB di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.    Alat dan bahan
a.    Alat :
1)   Timbangan
2)   Oven
3)   Alat penguji kadar air benih
4)   Cawan petri
b.    Bahan :
1)   Benih Padi (Oryza sativa)
3.    Cara kerja
a.    Metode Dasar
1)   Menimbang cawan porselin yang telah dipanaskan terlebih dahulu selama 15 menit (w1 gram).
2)   Menimbang cawan poeselin + contoh benih (w2 gram).
3)   Memanaskan cawan porselin + contoh benih ke dalam oven pada suhu 130 derajat celcius selama 15 menit.
4)   Mendinginkan cawan porselin + contoh benih dalam eksikator selama 45 menit (sampai dingin).
5)   Menimbang cawan porselin + contoh benih yang telah didinginkan (w3 gram).
6)   Menghitung persentase air yang dilepaskan.
S = x 100%
b.      Metode Praktis
1)   Menyiapkan seed moisture tester.
2)   Mengoperasikan alat sesuai dengan petunjuk yang ada..
3)   Menghitung kadar air benih.
4.    Pengamatan yang dilakukan
Perubahan berat yang terjadi pada kadar air benih dan perhitungan kadar air benih. Pengujian kadar air benih menggunakan metode dasar dan metode praktis. Metode dasar menggunakan oven dan metode praktis menggunakan seed moisture tester.


























D.  Hasil dan Pembahasan
1.    Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Kadar Air Padi (Oryza sativa) dengan Metode Dasar
Ulangan
W1
W2
W3
W2-W3
W2-W1
Kadar Air (%)
1
5,83
40,09
39,63
0,46
34,26
1,34
2
6,01
37,67
37,34
0,33
31,66
1,04
3
6,04
42,00
41,71
0,29
35,96
0,80
4
5,85
41,30
40,90
0,40
35,45
1,13
5
3,83
32,67
32,62
0,05
28,84
1,73
Rata-rata
5,51
38,75
38,44
0,31
33,23
1,21
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Kadar Air Benih Padi (Oryza sativa) dengan Metode Praktis
Ulangan
Kadar Air (%)
1
14,6
2
13,8
3
14,2
4
13,9
5
13,7
Rata-rata
14,04
Sumber: Laporan Sementara
Analisis Data
 
              
              = 1,34 %
              
              = 1,04%
               = 0,80%
         
           = 1,13%
         
          = 1,73%
2.    Pembahasan
Dalam pengujian kadar air benih terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode dasar atau yang sering disebut dengan metode tungku (oven) dan metode praktik. Metode dasar adalah cara pengujian dengan menggunakan alat oven, sedangkan metode praktik adalah pengujian kadar air dengan cara menggunakan peralatan praktis. Metode yang sering digunakan adalah metode dasar.
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Kadar air benih atau biji berfungsi untuk menentukan menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 11% – 13%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
Kadar air benih ialah berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Nasrudin 2009).
Dari pengamatan kadar air benih yang telah dilakukan dengan menggunakan metode dasar didapatkan kadar air benih tertinggi untuk padi adalah 1,73% Sedangkan kadar air benih dari yang kami amati, untuk padi = 1.04%. Kadar air benih tersebut menunjukkan bahwa benih belum siap disimpan. Rata-rata kadar air dari keseluruhan benih  adalah 1,21%. Menunjukkan benih belum dapat dipanen dan disimpan. Dari pengamatan, didapatkan kadar air yang berbeda-beda. Untuk  air dibawah ataupun diatas standar kurang baik untuk disimpan, karena belum memasuki saat panen yang tepat.
Metode pengukuran kadar air baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai beberapa kelebihan maupun kekurangan, oleh karena itu perlu dilakukan validasi alat uji seperti yang dilakukan dalam prektikum kali ini. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan suatu pekerjaan dokumentasi. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi (Sudrajat et all 2008).
Dari pengujian dengan dua metode yang berbeda didapatkan hasil yang berbeda pula. Pengujian dengan menggunakan metode praktis menunjukkan tingkat kadar air lebih tinggi. Pengujian dengan metode praktis lebih simpel, hanya sekali tahap. Metode dasar lebih rumit, yaitu melalui beberapa tahap. Dimulai menimbang cawan sampai mengoven cawan dan benih. Tetapi, dengan menggunakan metode dasar didapat hasil yang lebih akurat walaupun tahap yang dilalui lebih banyak.
Prinsip kerja Seed Moisture tester yaitu sampel benih dimasukkan ke dalam wadah (di bagian samping) kemudian tekan tombol start, setelah itu layar tertulis kadar air yang terkandung dalam sampel benih. Moisture tester ini digunakan untuk menguji kadar air benih pada serealia seperti padi atau gandum. Dalam penggunaannya benih dimasukkan pada tempat benih dan ditekan pada alat penekan, kemudian ditentukan apa yang akan kita lihat dengan menekan tombol pada alat tersebut. Kelebihannya benih yang dibutuhkan hanya beberapa saja, jadi menghemat benih. Dengan alat ini kita dapat mengetahui rerata kadar air benih, diharapkan dapat lebih valid. Selain itu kita juga dapat mengetahui temperature benih. Kekurangannya sama seperti pada tipe Kett, karena keterbatasan jenis benih, hanya dapat digunakan untuk pengujian jenis-jenis benih yang tertera pada pilihan jenis benih pada layar.















E.  Kesimpulan dan Saran
1.    Kesimpulan
Praktikum Pengujian Kadar Air Benih dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.    Kadar air benih yang tepat untuk penyimpanan benih adalah 11-13%.
b.    Kadar air dengan metode dasar yaitu menghasilkan kadar air dengan rata-rata sebanyak 1,21%
c.    Persentase kadar air dengan menggunakan metode praktis menghasilkan kadar air rata-rata sebesar 14,04 untuk padi.
d.   Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
e.    Benih yang mempunyai kadar air yang sangat rendah juga dapat meningkatkan kerusakan bagian penting dari benih.
2.    Saran
a.    Dalam pengujian menggunakan metode dasar, oven yang akan digunakan sebaiknya dicek terlebih dahulu berfungsi atau tidak, sehingga proses pengovenan tidak terhambat.
b.    Alat – alat yang menunjang kegiatan praktikum sebaiknya ditambah, agar dalam praktikum tidak saling menunggu dan agar tidak ramai sendiri.
c.     Dalam penimbangan, diharapkan praktikan lebih teliti.










 DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. Analisis Kemurnian Benih. http://www.leonheart45.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 November 2013
ISTA International Rules for Seed Testing 2006.Switzerland: . The International Seed Testing Association.Bassersdorf.CH
Kartasapoetra A G 2006 . Tehnologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta: Bina Aksara
Maruapey Ajang 2010. Mutu Benih dan Hambatan Dalam Memproduksi Benih Bermutu. http://ajangmaruapey.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 25 November 2013.
Nasrudin 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses 10 Desember 2013 
Nurwansyah 2011. Wahana Pertanian : Sertifikasi Benih. http://wahanapertanian.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 November 2013.
Rejesus B M 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the Philip-       pines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Procuct. 12(1): 15-32, Bogor
Sudrajat  Dede J, Nurhasybi 2008. Pengembangan Standar Pengujian Kadar Air dan Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan Untuk Menunjang Program Penanaman Hutan Di Daerah. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Bogor.